Liputan6.com, Jambi - Fenomena gerhana matahari total (GMT) menyedot hampir seluruh lapisan masyarakat. Termasuk para santri di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Jambi.
Karena tak ada kacamata khusus untuk bisa melihat gerhana matahari total secara langsung, sejumlah santri nekat melepas kacamata tukang las untuk melihat fenomena langka tersebut.
Rian (17), salah seorang santri Pondok Pesantren Gontor 12 di Kabupaten Tanjabtim mengatakan, ia awalnya banyak membaca sejumlah situs berita terkait GMT.
"Disini (Tanjabtim) tidak ada yang jual kacamata khusus gerhana. Jadi saya gunakan ini kacamatan tukang las," ujar Rian saat dihubungi dari Jambi, Rabu 9 Maret 2016.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Rian, dari membaca sejumlah artikel dan situs berita itulah, ide melihat gerhana matahari dengan menggunakan kacamata tukang las dengan tebal sekitar 13 milimeter muncul.
Karena kacamata tukang las hanya ada satu, terpaksa untuk menggunakannya Rian harus rela bergantian dengan santri lainnya.
"Awalnya coba-coba, tadi pagi saat gerhana kita tes hasilnya bagus. Ganti-gantian lah kami melihat gerhana karena kacamatanya cuma satu," ujar Rian.
Sejumlah daerah di Jambi masuk dalam perlintasan gerhana. Daerah paling sempurna ada di Kabupaten Sarolangun atau sekitar 5 jam perjalanan darat dari Kota Jambi.
Kota Sarolangun sebagai ibukota kabupaten dilaporkan gelap sesaat saat terjadi gerhana sekitar pukul 07.20 Rabu pagi tadi.
Daerah lain yang mengalami kegelapan adalah Kota Bangko, ibukota Kabupaten Merangin. Disini, sejumlah pedagang terpaksa menggunakan lampu dan senter saat beraktivitas di Pasar Kota Bangko.
"Sekitar dua menit terlihat gelap, macam petang hari menjelang malam," kata Akhmad salah seorang pedagang di Pasar Kota Bangko.
Sementara itu, di Kota Jambi, Pemprov Jambi menjadikan Candi Muarojambi sebagai lokasi untuk melihat fenomena gerhana matahari bersama-sama. Hanya saja, munculnya mendung membuat penampakan gerhana tidak terlihat jelas disini.