Liputan6.com, Surabaya Kota Surabaya mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara Internasional bedah saraf yang pertama kali digelar di Asia Tenggara.
Acara tersebut akan dihadiri 44 Negara dengan 120 pembicara. Para pembicara tidak hanya membahas masalah bedah saraf tetapi juga membahas masalah perkembangan teknologi di dunia medis seperti konsep operasi dengan menggunakan 3 dimensi (3D).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Presiden Kongres prof. Dr. dr. Abdul Hafid Bajamal, Sp, BS (K), dengan adanya pertemuan para ahli bedah saraf seluruh Asia ini dapat melahirkan tenaga bedah Asia yang yang lebih berkompeten di masa depan.
Dalam ajang kali ini, juga diperkenalkan teknologi terbaru dalam dunia kedokteran, khususnya di bidang bedah saraf. Operasi bedah saraf pertama di Indonesia berstandar internasional menggunakan konsep 3D (tiga dimensi) juga akan diperkenalkan.
"Konsep 3D ini tidak semua negara punya. Di Asia Tenggara ini, kita yang termasuk yang memulai. Jadi Asian Congress Of Neurological Surgeons (ACNS) adalah yang pertama di Asia Tenggara yang lengkap," kata prof. Dr. dr. Abdul Hafid Bajamal, Sp, BS (K), Selasa, 8 Maret, ditulis Rabu (9/3/2016).
Abdul menambahkan bahwa dalam acara ini, tenaga bedah tanah air akan memaparkan penanganan medis yang juga belum dilakukan oleh tenaga medis luar negeri.
"Setiap kongres ini kan ada alih teknologi, pengalaman di suatu negara dengan ahlinya dipaparkan, ini bisa diterapkan. Jadi kita belajar dari pengalaman dokter-dokter lain," imbuh Abdul.
"Dengan dijadikannya Kota Surabaya sebagai tuan rumah pertemuan 2 tahunan para ahli bedah ini sekaligus menjawab tantangan, bahwa Indonesia mempunyai alat dan tenaga medis yang tidak kalah dengan luar negeri," tegas Abdul.
Hal senada juga disampaikan Dekan FK Unair. Prof. Dr Sutoyo, SpU (K) yang menyampaikan bahwa pertemuan ini sekaligus pembuktian bahwa Indonesia mampu. Hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan kesempatan yang harus diraih.
"MEA kita tak perlu takut, kemampuan dokter ditunjang peralatan lengkap dan canggih menjadikan tenaga medis tanah air kita perlu dibanggakan," tutur Sutoyo.
Sutoyo juga memaparkan bahwa banyaknya masyarakat yang lebih memilih berobat keluar negeri merupakan suatu pemborosan, sebab dari segi kemampuan dokter dalam negeri sama dibandingkan dokter asing.
"Ngapain banyak masyarakat berobat di luar negeri. Dokter kita itu mampu, alat medis kita juga canggih-canggih," papar Sutoyo.
Sutoyo menegaskan bahwa selain membahas teknologi terbaru di dunia medis, pembahasan terkait kebencanaan juga dipaparkan. Karena selama ini tanggap bencana sering dilupakan, sehingga perlu adanya pembahasan bersama.
"Kegiatan pertemuan ahli bedah Se-Asia ini dimulai 8 sampai 13 Maret 2016 di FK Unair, dan beberapa rumah sakit yang ada di Surabaya," pungkas Sutoyo.