Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memilih duet dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah DKI Jakarta Heru Budi Hartono di bursa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 mendatang dan memilih jalur independen atau nonparpol, dibandingkan memilih wakilnya saat ini yang juga kader PDIP Djarot Saiful Hidayat.
Ahok mengaku telah bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan telah menyampaikan hal tersebut. Menanggapi hal itu, Ketua DPP PDIP Sukur Nababan mengatakan jika Ahok terlalu prematur menyampaikan dirinya akan maju melalui jalur independen.
"Terlalu prematur seperti bilang sama Ibu (Megawati) Ahok ini, kan penjaringannya saja belum dilakukan oleh PDIP soal tokoh-tokoh yang akan diusung untuk Pilkada DKI," ucap Sukur Nababan kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (9/3/2016).
Baca Juga
Advertisement
Sukur menyayangkan pernyataan Ahok yang telah menyampaikan kepada Megawati tersebut terus dikaitkan dengan PDIP. Padahal, Ahok memutuskan hal tersebut karena memiliki dukungan dari relawannya bernama 'Teman Ahok' yang memiliki kepentingan hanya untuk Ahonk agar bisa maju di Pilkada DKI melalui jalur independen.
"PDIP terbentuk didirikan bukan untuk kepentingan Ahok, sebuah partai besar ini berdiri bukan kepentingan Ahok atau memperjuangkan Ahok. Tapi PDIP sebagai parpol didirikan untuk kepentingan bangsa negara sesuai ideologi kami Pancasila dan Trisakti salah satunya DKI. 'Teman Ahok' dibentuk untuk kepentingan Ahok maju di pilkada melalui perseorangan," papar dia.
"Jadi jangan digiring ke PDIP, mau dia jalur independen itu keputusannya Ahok tak ada kaitannya dengan PDIP," sambung dia.
Anggota Komisi V DPR ini menjelaskan, partainya memiliki mekanisme untuk menentukan siapa yang akan diusung dalam setiap Pilkada termasuk DKI. Ia mengakui, Ahok masuk dalam bursa bakal calon oleh PDIP karena memiliki dukungan dari masyarakat.
"Yang dipilih PDIP (untuk calon gubernur DKI) bukan cuma Ahok, masih banyak tokoh-tokoh bagus. Partai ini didirikan bukan kepentingan Ahok, nah ada proses dan mekanismenya. Masih ada Djarot, Ridwan Kamil Risma, Ganjar dan lain-lainnya," ucap dia.
Kembali ia mengingatkan, selama berpolitik mantan Bupati Belitung Timur itu belum pernah menjadi kader PDIP, melainkan sempat menjadi kader Golkar dan Gerindra.
"Kalau mau dikaitkan ya ke Golkar itu kan dulu partainya. Jadi jangan terus dikaitkan seolah-olah PDIP ini untuk kepentingan Ahok," Sukur Nababan menandaskan.