Liputan6.com, New York - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), dipicu kenaikan harga minyak dan saham energi.
Dow Jones industrial average naik 34,48 poin atau 0,2 persen menjadi 16.998,58. Sementara indeks S&P 500 naik 9,85 poin atau 0,5 persen ke posisi 1.989,11 dan Nasdaq Composite menambahkan 25,55 poin atau 0,55 persen menjadi 4.674,38.
Volatilitas harga minyak dan saham pada tahun ini kerap berkaitan yang mengejutkan para investor. Seperti yang terlihat pada hari ini, dengan harga minyak mentah Brent naik di atas US$ 40 per barel, pulih dari posisi terendah selama satu dekade, pada Januari yang menyebabkan gejolak di pasar saham.
"Ini masih menjadi korelasi yang membingungkan antara harga minyak dan saham. Itu benar-benar tidak seharusnya bermain dengan cara ini," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa.
Tetapi, dia menambahkan, mengingat jika harga minyak mampu mendorong pasar saham AS turun, maka masuk akal jika kenaikan saham akan terikat dengan kembalinya harga minyak.
Baca Juga
Advertisement
Sejak 11 Februari, indeks S&P 500 telah naik 8,7 persen, memperbaiki beberapa kondisi penurunan pada Januari, di mana indeks ini berada pada posisi terburuk sejak 2009. Meski, indeks ini juga tetap turun 3 persen di 2016.
Pada hari ini, tujuh dari 10 besar sektor pada indeks S&P naik, dipimpin sektor energi yang meningkat hingga 1,64 persen. Seperti saham Chevron (CVX.N) yang melonjak 4,73 persen dan memberikan dorongan terbesar untuk indeks ini.
Di sisi lain, investor juga terus mencari tahu tentang Bank Sentral Eropa, yang akan membuat keputusan di bidang moneter pada Kamis ini dan diharapkan dapat meningkatkan program stimulus tersebut.
Sementara Federal Reserve AS diperkirakan tidak akan memutuskan kembali menaikkan suku bunganya, dalam pertemuan pada 15-16 Maret ini. Bank sentral memang mengatakan akan menaikkan suku bunga secara bertahap pada tahun ini.(Nrm/Ndw)