Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memilih Kabupaten Banyuwangi menjadi tuan rumah gelaran nasional, Swarna Fest 2016. Digelar 10 dan 11 Oktober, Swarna Fest merupakan perhelatan fashion yang mengangkat pemanfaatan bahan baku yang ramah lingkungan untuk industri tekstil dan kerajinan tangan. Swarna Fest memadukan antara workshop peningkatan kualitas industri tekstil dan kerajinan, pameran, dan fashion show.
"Swarna Fest digelar untuk melestarikan kekayaan adat dan kearifan lokal untuk menggunakan serat dan warna alam dari potensi yang ada di sekeliling kita. Kami ingin beritahukan ke dunia bahwa industri kreatif Indonesia masih banyak yang menggunakan pewarna alam,” ujar Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah, seperti informasi yang diterima Liputan6.com, Kamis (10/3/2016).
Baca Juga
Advertisement
"Tema besar yang akan diusung adalah 'ethical fashion', sebuah fashion yang beretika pada alam, budaya, dan perajinnya. Etika pada alam karena kita memanfaatkan potensi alam di sekeliling yang ramah lingkungan, bukan pewarna buatan. Etika pada budaya karena kita menghormati kearifan lokal,” ujar Saedah.
Dalam Swarna Fest, perajinnya pun turut diperkenalkan. ”Mereka bukan lagi orang yang sekadar di balik layar, tapi kami kenalkan langsung ke buyer. Sehingga, mereka bisa tahu dan paham bagaimana karyanya dihargai konsumen,” ungkap Saedah menambahkan.
Banyuwangi dipilih oleh Kemenperin karena memiliki potensi cukup besar, mulai dari potensi bahan alamnya hingga para perajinnya. Komitmen pemerintah daerah dalam mempromosikan batik lokal juga menjadi pertimbangan.
”UMKM-UMKM batik Banyuwangi mulai muncul karena ada Banyuwangi Batik Festival. Meski belum ideal, kami sangat mengapresiasi gairah yang ada, sehingga Swarna Fest sengaja kami gelar di Banyuwangi,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas berterima kasih atas dipilihnya Banyuwangi sebagai tuan rumah Swarna Fest. Dia berharap, penyelenggaraan Swarna Fest bisa semakin menggairahkan UMKM batik yang ada di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java tersebut.
”Apalagi, berkaitan dengan Swarna Fest, Kemenperin mulai melatih komunitas-komunitas perajin batik Banyuwangi. Ada dua keuntungan sekaligus. Pertama, kemampuan perajin meningkat. Kedua, pasar semakin terbuka saat digelarnya Swarna Fest nanti pada bulan Oktober,” kata Anas.
Banyuwangi sendiri telah memiliki sejumlah event yang mengusung tema batik dan konsep busana berkelanjutan. Mulai dari Banyuwangi Batik Festival yang mengangkat karya para perajin, dan Green dan Recycle Fashion Week yang menampilkan karya-karya artistik dari bahan daur ulang.
Desainer Merdi Sihombing yang terlibat dalam Swarna Fest menambahkan, event ini untuk mengampanyekan penggunaan serat dan pewarna pakaian yang alami sebagai bagian dari ethnical fashion.
”Kegiatan ini merupakan bagian dari trend dunia yang mengusung ethnical fashion. Produk pakaiannya harus suistanable (berkelanjutan) yaitu dengan penggunaan serat dan pewarna alami,” kata Merdi.