Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan riset IDC baru saja mengeluarkan laporan pengapalan smartphone di Asia Tenggara dalam kurun waktu 2015.
Dikutip dari keterangan resmi IDC, Jumat (11/3/2016), terungkap, sedikitnya ada 100 juta unit smartphone yang dikapalkan dalam kurun waktu tersebut. Angka ini mencatatkan pertumbuhan tahun ke tahun (year-over-year growth) sebesar 22 persen.
Semua pasar negara berkembang di kawasan Asia Tenggara mengalami dua digit pertumbuhan tahun ke tahun, dengan pengecualian Singapura, sebagai satu-satunya pasar yang mengalami penurunan pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 5 persen.
Indonesia tetap menjadi pasar terbesar dengan pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 29 persen terhadap total pasar di Asia Tenggara. Sayangnya, riset IDC tak menyebutkan rincian data pertumbuhan 29 persen tersebut. Menyusul Indonesia adalah Thailand dan Filipina dengan angka masing-masing 22 persen dan 14 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Vendor global yang terpukul saat vendor Tiongkok masuk pasar, telah mendapat kembali bagian dari dominasi mereka. Mereka menjual perangkat yang sesuai kocek konsumen di wilayah tersebut," ujar Jensen Ooi, Market Analyst untuk Client Devices (APeJ) IDC Malaysia.
Selain itu, pemain lokal yang juga meraup pangsa pasar adalah Thailand. Operator seluler lokal bermitra dengan vendor smartphone sebagai upaya untuk memigrasi pelanggan 2G ke 3G selama beberapa kuartal terakhir. Pendekatan seperti itu berkontribusi terhadap pertumbuhan tahun ke tahun sebesar 42 persen dari Thailand.
"Samsung tetap di puncak dengan pertumbuhan 18 persen selama 2014 karena meluncurkan seri Galaxy J dengan harga mulai dari US$ 75 hingga US$ 200. Inisiatif ini adalah pukulan telak di pasar karena keterjangkauan tersebut dapat menyamai vendor berbasis di Tiongkok yang dikenal kompetitif dari segi harga," ujar Ooi menambahkan.
Ia menuturkan Samsung terlibat dalam berbagai bentuk pemasaran yang ditargetkan untuk berbagai segmen di semua negara. Asus juga memperluas jangkauan pasar handset, dengan memboyong perangkat mulai dari US$ 100-US$ 250 dan layar lebih besar seperti Zenfone 2 dan Zenfone Go.
Upgrade terhadap infrastruktur jaringan, cakupan jaringan 4G yang diperluas, dan pemasaran oleh operator lokal, telah mendorong pertumbuhan handset berkemampuan 4G di pasar Asia Tenggara. Handset berkemampuan 4G mengalami pertumbuhan tahun ke tahun dua kali lipat pada 2015 ketika 30 juta unit dikapalkan.
Di sini, Indonesia memimpin pertumbuhan perangkat berkemampuan 4G, diikuti Thailand. Namun, ketersediaan layanan 4G bagi sebagian besar negara-negara berkembang masih tetap terbatas pada kota-kota besar dan akan memerlukan lebih banyak waktu untuk adopsi konsumen secara massal.
(Why/Cas)