Liputan6.com, Kuala Lumpur - Membayangkan hal-hal heroik, sejumlah warga Malaysia nekat pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Namun, sesampainya di sana, mereka kecewa berat.
Alih-alih jadi jagoan di medan tempur, mereka justru diperintahkan melakukan pekerjaan kasar, misalnya membersihkan toilet.
"Mereka tak diterjunkan ke zona perang. Mereka kecewa karena diberi tugas membersihkan toilet, menyerok sampah, atau kerja-kerja lainnya yang jauh dari bayangan menjadi seorang pejuang," kata Deputi Perdana Menteri sekaliggus Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi seperti dikutip dari AsiaOne, Jumat (11/3/2016).
Ia menambahkan, warga Malaysia yang tewas di Irak dan Suriah tak secara langsung terlibat dalam pertempuran.
Baca Juga
Advertisement
Warga Malaysia eks ISIS, kata Ahmad Zahid, telah menjalani rehabilitasi. Dia menambahkan, sekitar 97,5 persen dari mereka telah melalui tahapan deradikalisasi.
Mendagri Malaysia menambahkan, dirinya, PM Datuk Seri Najib Tun Razak, dan Menteri Pertahanan Datuk Seri Hishammuddin Hussein ada dalam daftar target penculikan ISIS yang juga dikenal dengan nama Daesh.
"Pada 30 Januari 2015, total 13 orang yang terkait Daesh berencana menculik sejumlah pemimpin," kata dia, menambahkan bahwa ancaman terorisme dan keamanan di negeri jiran 'amat nyata'.
Diketahui, sel teror, yang diduga dipimpin mantan anggota Kumpulan Mujahidin Malaysia (KMM), Murad Halimmuddin Hassan berencana merampas persenjataan yang disimpan di Kem Hobat dan Kem Bukit Pinang, keduanya di Kedah.
Mereka juga diduga mengincar mobil pengangkut uang tunai dari Genting Highlands untuk mendanai aksi teror.
Di antara anggota sel teror tersebut, ada 2 orang yang merupakan mantan anggota angkatan udara atau Royal Malaysian Air Force (RMAF).
Ahmad Zahid mengatakan, meski belum ada indikasi adanya sel ISIS di Malaysia, ada banyak pengikut dan simpatisan yang terpengaruh ideologinya. Mereka bahkan menerima perintah langsung dari organisasi teror tersebut di Baghdad.
"Aktivitas Daesh (ISIS) yang paling jelas antara September 2014 dan Mei 2015. Kala itu polisi melacak dan mencegah 4 kelompok teror yang berniat menyerang sejumlah lokasi di Kedah, Kuala Lumpur, Putrajaya, tempat ibadah, dan lokasi publik yang ramai," kata dia.