Candi Bahal, Potret Kemegahan dan Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Candi Bahal merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berdiri di Padang Lawas.

oleh Firman Fernando Silaban diperbarui 11 Mar 2016, 13:30 WIB
Cadi Bahal merupakan candi Hindu yang menjadi peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Padang Lawas.

Liputan6.com, Jakarta Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan di Nusantara yang memiliki daerah kekuasaan yang luas. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya banyak peninggalan, salah satunya Candi Bahal di daerah Portibi, Padang Lawas, Sumatera Utara.

Saat tim Liputan6.com berkunjung, Kamis (10/3/2016), Rifai Saleh, pemandu wisata lokal menjelaskan, Candi Bahal yang berdiri di atas lahan seluas dua hektar sudah ada sejak abad ke-11, dan merupakan candi yang berkaitan erat dengan perkembangan Agama Hindu di Indonesia. 

"Dulunya nama Candi ini bernama Portibi karena berada di daerah Portibi, Padang Lawas, namun sejak 1991, pemerintah Indonesia mengubahnya menjadi Bahal. Alasannya karena candi masih berada di wilayah desa terdekat, yaitu desa Bahal," ujar Rifai.

Candi Bahal berdiri di atas lahan seluas dua hektar.

Rifai menambahkan, ada perpaduan antara agama Hindu dan Buddha pada candi tersebut, sehingga ketika hari raya Waisak, candi Bahal masih sering digunakan untuk beribadah. Berada di ketinggian 68 meter di atas permukaan laut, kemegahan dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya terlihat pada candi tersebut. 


Tiga kompleks

Tiga kompleks

Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan. Candi ini merupakan kompleks candi (dalam istilah setempat disebut biaro) yang terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III.

Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan. Candi ini merupakan kompleks candi (dalam istilah setempat disebut biaro) yang terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III.

Candi Bahal hanya merupakan bagian dari candi-candi Padanglawas yang berarti candi-candi yang terletak di padang luas yang mencakup, di antaranya: Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon, Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu. Kemungkinan, persawahan dan perkampungan di sekitar candi-candi tersebut tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak candi Padanglawas hanya Candi Bahal yang sudah selesai dienovasi, Candi Sipamutung dan candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya masih berupa reruntuhannya.

Tidak diketahui apakah Candi Bahal merupakan candi Hindu atau Candi Buddha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal merupakan Candi Buddha. Akan tetapi, melihat arca-arca batu yang ditemukan di tempat tersebut, seperti arca kepala makara, arca Ganesha, raksasa, dsb., diperkirakan Candi ini merupakan candi Hindu atau Buddha Tantrayana. Fungsi candi Bahal pada masa lalu juga belum diketahui dengan pasti, walaupun penduduk di sekitar menyebutnya "biaro" yang berarti biara.

Kompleks Candi Bahal terdiri dari tiga buah candi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter. Beberapa kilometer dari candi ini ada pula kompleks candi lain, yaitu kompleks Candi Pulo atau Barumun yang tengah dipugar.

Candi Bahal seringkali disebut juga sebagai Candi Portibi, sesuai dengan sebutan untuk daerah tempat candi itu berada. Dalam beberapa hal, terdapat kesamaan di antara Candi Bahal I, II maupun III. Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Masing-masing kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan pintu masuk tepat menghadap ke gerbang.


Bahal I

Bahal I
Lokasi Candi Bahal I mudah ditemukan karena bangunan candi langsung terlihat dari jalan yang dapat dilalui kendaraan beroda empat. Selain itu, di jalan masuk ke areal candi Bahal I telah dibangun gapura dan sebuah pos penjagaan yang terletak tidak jauh dari gapura.

Berhadapan dengan pos penjaga terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai museum. Dalam museum tersebut tersimpan bagian-bagian Candi Bahal yang belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula, termasuk arca utuh dan potongan arca.

Candi Bahal 1 dibangun di pelataran seluas sekitar 3000 m2 yang dikelilingi pagar dari susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal, yaitu sekitar 1 m, sehingga orang dapat berjalan dengan leluasa mengitari candi. Pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 7 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat di ujung sisi kiri dan kanan gerbang.

Bangunan utama Candi Bahal I terletak di tengah halaman, menghadap ke gerbang. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x 7 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di sisi timur, berhadapan dengan tangga naik ke bangunan utama, dan di sisi barat panggung, berhadapan dengan tangga untuk turun dari gerbang.

Di bagian selatan halaman, sejajar dengan fondasi tersebut di atas, berjajar dua fondasi berukuran 3 m2 dan 2,5 m2. Tidak didapatkan informasi apakah di atas ketiga fondasi tersebut tadinya terdapat bangunan atau tidak. Tidak diketahui juga fungsi ketiganya.

Bangunan utama Candi Bahal I merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan II. Bangunan utama ini terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 7 m2 dengan tinggi sekitar 180 cm.

Di atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm, dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 6 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar mengelilingi kaki candi. Di pertengahan sisi timur, tepat di depan tangga naik ke kaki permukaan candi, tatakan candi menjorok ke luar sepanjang sekitar 4 m dengan lebar sekitar 2 m. Di ujung 'jalan' tersebut terdapat tangga yang diapit oleh sepasang kepala makara di pangkalnya.

Makara adalah hewan yang hanya ada dalam mitos, berwujud setengah ikan setengah buaya. Mulut arca kepala makara dari batu tersebut menganga lebar. Dalam mulut yang terbuka tersebut terdapat makhluk yang mirip dengan kinara-kinari, yaitu burung berkepala manusia, seperti yang terdapat pada candi-candi Syiwa di Jawa.

Walaupun sama-sama terbuat dari batu, arca makara pengapit tangga ini mempunyai pola hiasan yang berbeda dengan yang terdapat di candi-candi di Jawa pada umumnya. Bagian belakang kepala hewan tersebut dihiasi dengan pahatan lingkaran berjajar, yang tidak ditemukan pada makara candi-candi di Jawa.

Sepanjang sisi utara dan selatan dinding 'jalan' menuju tatakan terdapat pahatan berbentuk orang dalam berbagai posisi. Walaupun banyak bagian pahatan yang sudah rusak, masih terlihat bentuk orang yang tampak seperti sedang menari. Di sepanjang sisi timur atau depan tatakan terdapat pahatan berbentuk raksasa yang sedang duduk.

Pada dinding utara dan selatan kaki candi tidak terdapat pahatan, sedangkan sepanjang dinding barat (belakang) terdapat pahatan yang lebih halus namun sudah tidak jelas lagi bentuknya.

Tubuh candi berupa bangunan bersegi empat dengan alas berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tubuh candi dengan permukaan kaki candi membentuk selasar selebar sekitar 1 m. Untuk mencapai pintu masuk ke ruang di dalam tubuh candi terdapat tangga setinggi sekitar 60 cm dari permukaan kaki candi. Dalam tubuh candi terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2 yang dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Lebar ambang pintu masuk sekitar 120 x 250 cm. Tidak terdapat pahatan yang menghiasi bingkai pintu.

Bentuk atap Candi Bahal I sangatlah unik, tidak menyerupai limas bersusun seperti candi-candi di Jawa Timur, namun juga tidak mirip stupa seperti atap Candi Muara Takus. Bentuk atap Candi Bahal I silinder dengan tinggi sekitar 2,5 m, seperti kue yang diletakkan di atas tatakan persegi empat. Pahatan untaian bunga melingkari tepian atap.
Masih di dalam halaman Candi Bahal I, di sudut utara halamn belakang bangunan utama terdapat fondasi berukuran sekitar 2,5 m2 dengan reruntuhan di atasnya. Tidak didapat informasi mengenai bentuk asli maupun fungsi semula reruntuhan tersebut.


Bahal II

Bahal II
Candi Bahal II terletak sekitar 100 m dari jalan dan sekitar 300 m dari Candi Bahal I. Pelataran Candi Bahal II sama luasnya dengan pelataran Candi Bahal I dan juga dikelilingi pagar bata, akan tetapi ukuran bangunan utamanya lebih kecil dari bangunan utama Candi Bahal I.

Sebagaimana yang terdapat di Candi Bahal 1, pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 4 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat sisi timur (luar).

Bangunan utama Candi Bahal II terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 6 m2 dan setinggi sekitar 1 m. Di atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm, dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar mengelilingi kaki candi.

Tubuh candi yang berdiri di atas kaki candi berdenah dasar bujur sangkar seluas 4 m2, sehingga di permukaan kaki candi juga terdapat selasar selebar sekitar 1 m.

Dalam tubuh Candi Bahal II juga terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2, dikelilingi dinding setebal sekitar 1 m. Pintu masuk selebar sekitar 120 x 250 cm menghadap ke timur tanpa pahatan hiasan apapun pada bingkainya. Dinding tatakan, kaki dan tubuh candi juga polos tanpa hiasan pahatan. Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi empat. Di sekeliling susunan teratas terdapat deretan lubang yang tidak diketahui fungsinya.

Di depan pangkal tangga bangunan utama terdapat sepasang kepala makara dengan mulut terbuka. Dalam mulut terdapat makhluk yang tidak jelas bentuknya. Walaupun sama-sama terbuat dari batu, kepala makara ini berbeda bentuknya dengan yang terdapat di depan bangunan utama Candi Bahal I.

Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan. Di sudut utara halaman belakang bangunan utama terdapat semacam fondasi bangunan yang sudah runtuh. Di sisi timur fondasi tersebut terdapat semacam fondasi lain yang mempunyai tangga untuk naik di dua sisi, yaitu sisi utara dan selatan. Di depan masing-masing tangga terdapat sebuah arca kepala makara yang posisinya membelakangi tangga. Di dekat fondasi tersebut berserakan beberapa potongan arca batu.


Bahal III

Bahal III
Candi Bahal II terletak sekitar 100 m dari jalan, namun Untuk mencapai lokasi Candi Bahal III orang harus melalui jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk. Terdapat banyak kemiripan antara Candi Bahal III dan kedua candi Bahal lainnya. Pelataran candi yang luasnya relatif sama juga dikelilingi pagar batu bata dengan ketebalan dan ketinggian yang sama. Gerbang untuk masuk ke halaman juga terletak di sisi timur. Sama halnya dengan bangunan utama Candi Bahal III yang terletak di tengah pelataran. Gerbang Candi Bahal III lebih mirip dengan gerbang Candi Bahal I, karena tangga naik ke gerbang terletak di sisi utara dan selatan. Tangga di gerbang Candi Bahal II terletak di timur.

Di antara bangunan utama dan pintu gerbang juga terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan. Ukuran dan bentuk bangunan utama Candi Bahal III sangat mirip dengan bangunan utama Candi Bahal II. Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi juga terletak di timur.

Tidak terdapat pahatan pada bingkai pintu, namun sepanjang dinding tatakan dihiasi pahatan dengan motif yang mirip bunga. Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh candi. Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh candi.

Atap Candi Bahal II berbentuk limas dengan puncak persegi empat. Mirip dengan atap Candi Bahal II, namun tidak terdapat deretan lobang pada atap candi ini. Tidak terdapat hiasan kepala makara di depan tangga naik ke selasar di permukaan tatakan, namun terdapat pahatan yang sudah kurang jelas bentuknya di pipi tangga di kaki candi.

Di utara bangunan utama terdapat batu potongan arca. Yang sebuah berbentuk seperti tatakan patung dengan hiasan kelopak teratai di sekelilingnya, mirip dengan yang terdapat di Candi Jago maupun Candi Singasari di Jawa Timur. Sedangkan potongan lainnya tampak seperti bagian kaki dari sebuah arca yang dibuat dalam posisi berdiri, karena di bagian bawah terdapat bentuk kaki, lengkap dengan jari-jarinya.


Museum Bahal

Museum Bahal

Museum Candi Bahal terletak di seberang pos penjagaan Candi Bahal I. Bangunan museum ini mirip dengan bangunan rumah biasa. Dalam museum tersimpan berbagai bentuk dan jenis bagian candi-candi Bahal yang masih belum diketahui letaknya semula atau, yang karena alasan tertentu, belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula.

Di museum tersebut juga dilakukan rekonstruksi potongan dan susunan batu dan bata untuk menemukan kembali bentuk, susunan dan letaknya semula. Potongan batu yang ditemukan di ketiga situs Candi Bahal umumnya merupakan bagian dari sebuah arca atau hiasan dan bukan merupakan reruntuhan bangunan yang umumnya terbuat dari batu bata.

Di antara objek yang tersimpan dan mengalami proses rekonstruksi di museum adalah potongan arca berbentuk raksasa dalam posisi berdiri sambil memanggul gada. Di samping itu juga terdapat sekumpulan batu bata yang memiliki lubang-lubang yang, konon merupakan jejak kaki binatang. Kumpulan batu bata ini ditemukan pada tahun 2000 di pelataran Candi Bahal I.
Banyak yang dapat dilihat di museum ini. Sayang museum ini tidak dibuka secara rutin untuk umum. Tidak selalu ada petugas yang dapat ditemui. dari petugas yang ditemui juga tidak banyak informasi yang bisa didapatkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya