Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 131.5 juta orang di dunia diprediksi akan mengalami Demensia Alzheimer. Dan empat juta diantaranya ternyata berasal dari Indonesia.
Executive Director, Alzheimer’s Indonesia (ALZI), DY Suharya, menyambut baik inisiatif pemerintah dalam meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Demensia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan orang dengan kepikunan.
"Secara global Indonesia merupakan negara ke-24 yang memiliki RAN Demensia. Dengan kerja keras seluruh stakeholder lintas kementerian, universitas dan seluruh organisasi kesehatan lainnya dalam tiga tahun terakhir maka akhirnya RAN Demensia dapat diwujudkan pada awal 2016 ini," katanya, melalui siaran pers yang diterima Health-Liputan6.com, Jumat (11/3/2016).
Data Alzheimer’s Disease International (ADI) menunjukkan, pada 2015 sekitar 1,2 juta orang Indonesia terkena Demensia, dan diperkirakan terus meningkat menjadi 2.2 juta orang pada 2030 dan 4 juta orang pada 2050.
Baca Juga
Advertisement
Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi Alzheimer di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas seperti Indonesia diperkirakan mencapai Rp 23 triliun per tahun dan akan meningkat menjadi Rp 30 triliun pada 2050.
Executive Director Alzheimer Disease International, Marc Wortmann mengatakan, Indonesia memiliki peningkatan kesadaran masyarakat yang sangat pesat dalam sosialisasi penyakit Alzheimer. Dalam tiga tahun terakhir pemerintah Indonesia berhasil menyusun Rencana Aksi Nasional Demensia dan siap diimplementasikan ke berbagai kota di Indonesia.
"Indonesia telah menjadi role model bagi negara-negara lainnya dalam sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Demensia. Sejak berdiri di bulan Agustus tahun 2013, saat ini sudah lebih dari 30 ribu orang yang terpapar secara langsung informasi mengenai Alzheimer, dan lebih dari 100 juta orang yang mendapatkan informasinya melalui media," ujarnya.
Penyakit Alzheimer merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang ditandai dengan hilangnya sel saraf secara progresif, terutama di daerah hipokampus dan kortex basal otak depan, menyebabkan penurunan kemampuan menyimpan memori jangka pendek, penamaan dan kemampuan berbahasa, kemampuan visuospasial serta fungsi eksekutif.
Prevalensi penyakit Alzheimer ini kian meningkat antara usia 65-85 tahun, meningkat dua kali lipat pada setiap peningkatan usia 5 tahun. Saat ini, penyakit Alzheimer dikenal sebagai penyakit yang paling sering menyerang kelompok usia 65-85 tahun dan penyebab kematian keempat terbesar di Amerika Serikat (AS).