Kisah Pemijat Tunanetra Yang Sering Ditipu

Keterbatasan penglihatan tak membuat pemijat tunanetra berhenti bekerja keras. Walau terkadang ada kisah pahit yang mengiringi saat bekerja.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Mar 2016, 19:29 WIB
Pak Dedi, Bu Yayahm dan Pak Widodo menunggu pelanggan saat mereka berada di Terminal Pulo Gadung. Lewat mobile clinic jadi salah satu cara mereka promosi Traphy Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Dibohongi, bukan hal asing bagi Dedi (40), Widodo (42), Ali Amran (50), dan Yayah (41). Kondisi mereka yang tidak bisa melihat atau tunanetra kerap menjadi sasaran orang iseng. Mulai diberi alamat palsu hingga dibayar dengan uang koran pernah dialami.

"Dikasih alamat terus kita cari alamatnya hingga berjam-jam ternyata alamat itu nggak ada. Terus dijanjikan dibayar lima puluh ribu ternyata dikasih uang cuma sepuluh ribu juga pernah. Pernah juga dikasih uang koran," tutur salah satu tunanetra Widodo sambil tertawa saat berbincang dengan Liputan6.com di Terminal Pulo Gadung pada Jumat (11/3/2016).

Tapi kisah pahit itu tidak membuat mereka jadi putus asa. Hal itu malah jadi lecutan bagi mereka untuk terus semangat bekerja. Mereka masih yakin ada tangan-tangan baik hati yang menghargai pekerjaan mereka sesuai persetujuan.

Namun, kini keempat tunanetra yang telah bekerja sebagai pemijat belasan hingga puluhan tahun ini kecil kemungkinan mendapatkan kecurangan saat bekerja. Mereka tergabung dalam layanan pijat 'Traphy Indonesia' bersama 20 terapis pemijat tunanetra lainnya.

Layanan pijat yang didirikan Tarini dan Meylisa Badriyani ini menjadi tempat bagi pemijat tunanetra bekerja secara profesional. Jika ingin menggunakan jasa para pemijat tunanetra yang seluruhnya sudah bersertifikat ini, tinggal telepon atau WhatsApp ke nomor 085770401505.

Pelanggan yang ingin mendapatkan layanan pijat cukup menghubungi nomor itu saja. Lalu memilih layanan pijat tradisional, sport massage, pijat kesehatan, hingga pijat untuk kecantikan. Satu jam layanan pijat harganya dimulai dari Rp 85.000. Pihak Traphy Indonesia mengatakan, akan mencarikan terapis yang tinggal di wilayah terdekat dengan pelanggan. 

"Para terapis yang bergabung bersama kami akan mendapatkan pembayaran dengan pembagian 80:20 persen. Dengan 80 persen untuk mereka," tutur pendiri Traphy Indonesia Tarini.

Para pendiri Traphy Indonesia berharap, layanan pijat ini bisa mengangkat kembali pemijat tunanetra yang memiliki kemampuan memijat tak kalah dengan orang biasa. Dan semoga saja tak ada lagi aksi usil orang yang membohongi mereka. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya