Liputan6.com, Birmingham - Tinggal selangkah lagi Praveen Jordan/Debby Susanto merebut gelar juara All England 2016. Ganda campuran Indonesia itu menghadapi pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, pada partai final yang berlangsung di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, Minggu malam WIB (13/3/2016).
Baca Juga
- Kisah 5 Pembalap Asia di F1 Sebelum Rio Haryanto
- Ali Dia: Kisah Penyerang Terburuk Dunia
- Demi Kejutkan Yamaha-Honda, Pembalap Suzuki Minta Hal Ini
Advertisement
Ini akan menjadi pertemuan ke-10 bagi Praveen/Debby dan Joachim/Christinna. Dari sembilan pertemuan sebelumnya, Joachim/Christinna masih unggul dengan enam kemenangan. Namun, tiga kemenangan yang dicatat Praveen/Debby terjadi pada tiga pertemuan terakhir atas ganda campuran peringkat lima dunia itu.
Ketiga kemenangan Praveen/Debby atas Joachim/Christinna terjadi di Total BWF World Championships 2015, Yonex French Open, dan Dubai World Superseris Finals 2015. Dua kemenangan sebelumnya diraih lewat rubber game. Tapi, kemenangan ketiga Praveen/Debby atas Jochim/Christinna didapat dengan skor menyakinkan, yakni 21-8 dan 21-18.
Praveen/Debby melaju ke final usai menyingkirkan unggulan pertama asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yun Lei, dengan skor 21-19 dan 21-16. Ini adalah kemenangan pertama Praveen/Debby atas juara bertahan All England 2015 dari delapan pertemuan.
Menghadapi Zhang/Zhao, permainan Praveen/Debby terlihat lebih matang. Pasangan peringkat delapan dunia itu tak terlalu terburu-buru dalam melancarkan serangan. Debby yang berdiri di depan mampu memancing Zhang/Zhao untuk selalu mengangkat bola dan kemudian dituntaskan dengan smes keras Praveen.
Tapi, di laga tersebut Praveen tidak begitu saja mengubar smes kerasnya. Pebulu tangkis 22 tahun itu sangat mengikuti saran dari Herry Iman Pierngadi, pelatih kepala ganda putra, yang mendampingi Praveen/Debby di pertandingan itu. Praveen baru melancarkan smes jika bola itu benar-benar enak untuk dismes.
Selain itu, terkadang Praveen juga melancarkan dropshot menyilang atau ke tengah yang kerap membuat Zhang/Zhao mati langkah. Jika bisa menggapai pukulan Praveen, maka bola pengembaliannya tanggung. Debby yang berada di depan dengan mudah menyambut bola dengan smes.
Komunikasi juga menjadi salah satu kunci sukses Praveen/Debby merebut tiket final All England 2016. "Setiap lawan yang semakin bagus, kami harus makin banyak komunikasinya, biar main makin bagus dan cari solusi di lapangan," kata Praveen usai pertandingan lawan Zhang/Zhao.
Namun, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen tengah menunjukkan performa gemilang. Setidaknya ini ditunjukkan di semifinal melawan ganda campuran Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock. Sempat tertinggal 16-20, Joachim/Christinna menunjukkan kematangan mental mereka. Joachim/Christinna mampu menyamakan kedudukan dan berbalik menang 22-20.
Kini siapa yang paling siap dan sedikit berbuat kesalahan, maka ayang akan berpeluang juara. Secara peluang, Praveen/Debby dan Joachim/Christinna sama-sama berpeluang menjadi juara. Tapi, tentu kita berharap Praveen/Debby yang menjadi juara.
Indonesia terakhir kali meraih gelar juara All England nomor ganda campuran pada 2014 lalu melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Itu merupakan gelar juara ketiga All England yang dimenangkan Tontowi/Liliyana setelah 2012 dan 2013.