Liputan6.com, Yogyakarta - Sungai Winongo di Kota Yogyakarta meluap pada Sabtu malam dan membuat ribuan warga di Sleman dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terkena banjir bandang. Banjir ini seiring hujan deras di Sleman mulai pukul 13.00 hingga 18.00 WIB.
Kemudian debit air semakin naik tinggi dan merendam ratusan rumah warga Yogya mulai sekitar pukul 19.00 WIB. Menurut Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Endang Rohjiani, banjir yang terjadi pada Sabtu malam terbesar sejak 1984.
"Ini di luar dugaan kami. Kami tidak berani bilang banjir itu musiman. Karena setiap tahun kita kena banjir bandang," ucap Endang kepada Liputan6.com, Minggu (13/3/2016).
Endang mengatakan banjir bandang yang terjadi setiap tahun di Sungai Winongo ini bukan tanpa sebab. Ia menyebut beberapa hal yang mempengaruhi banjir bandang.
Di antaranya kesadaran masyarakat yang kurang dalam memperhatikan sungai, drainase, dan resapan air. Namun dari semua faktor ini kesadaran perilaku masyarakat terhadap pembangunan berbasis lingkungan kurang maka akan terus terjadi banjir.
Baca Juga
Advertisement
"Drainase misalnya semua masuk ke sungai. Harusnya ada pengendalian resapan diperbanyak. Sekarang semua kampung itu sudah konblok resapan air kurang dan air akhirnya ke sungai. Tapi yang kesadaran masyarakat itu paling penting," ujar dia.
Terkait resapan air rencananya digagas oleh FKWA dengan biaya swadaya walaupun rencana ini sudah diajukan ke Pemerintah DIY. Pola resapan yang diciptakannya nanti akan dilakukan pengeboran dengan alat berdiameter 8 inci sedalam 4 meter.
Pola resapan ini diharapkan mampu menampung air hujan, sehingga tidak semua air langsung ke sungai. Dengan begitu, debit air hujan yang masuk ke sungai dapat terkurangi.
"Nanti kita punya air tanah dan bisa kendalikan dan menahan dampak banjir. Kita sudah tawarkan ke pemerintah tapi sementara kita swadaya mulai dari Sleman untuk pengendalian bencana masyarakat," beber Endang.
Endang mengatakan menghadapi banjir seperti yang terjadi tadi malam masyarakat sudah siap. Sebab setiap titik potensi banjir di Sungai Winongo sudah memiliki koordinator penangan bencana.
Dengan demikian, jika bencana banjir terjadi koordinator ini sudah siap dengan membuat dapur umum dan titik pengungsian. Saat ini ia sedang mendata ulang terkait masyarakat yang terdampak banjir. Hasil pendataan ulang ini nantinya juga akan diberikan ke Pemerintah DIY.
"Rabu mendatang kita akan menunjukkan daya rusak air banjir. Kita akan sampaikan ke pemerintah juga. Saat ini kita masih terus data dampaknya," kata Endang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, belasan rumah di daerah Sleman terendam luapan Winongo. Sebanyak 100 lebih warga di bantaran sungai juga dievakuasi saat banjir.