Ketua MPR: Indonesia Bukan Negara Teroris

Menurut Zulkifli Hasan, di Indonesia siapa pun berhak menjadi apapun dan setiap orang juga memiliki kewajiban yang sama.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 14 Mar 2016, 11:31 WIB
Ketua MPR Zulkifli Hasan

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan menegaskan, Indonesia bukan negara radikal dan tempat sarang teroris.

"Jika ada yang bilang Indonesia negara intoleran, tempat teroris, bantah itu semua. Tidak ada tempat bagi terorisme dan radikalisme. Karena kita sudah memiliki konstitusi dan itulah cara kita berdemokrasi. Tidak ada tempat di Republik ini untuk radikalisme," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/3/2016).

Meski begitu, kata dia, di Indonesia siapa pun berhak menjadi apapun dan setiap orang juga memiliki kewajiban yang sama.

"Suku yang ada, apapun di Republik ini berhak menjadi apapun, memiliki hak dan kewajiban yang sama," terang dia.

Hal ini disampaikan Zulkifli saat menghadiri acara yang diadakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), International Youth Conference, and Training on Countering Terrorism dengan tema Policing Terrorism A New Way Combating Terroism.


Zulkifli menambahkan, betapa pentingnya 4 pilar MPR yang menjadi falsafah atau dasar negara Indonesia. Di mana, Pancasila adalah dasar dan ideologi negara. Sementara UUD sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

"Semua itu adalah falsafah negara kita. Kita punya falsafah berbeda dengan yang ada di barat dan timur," ungkap dia.

Dalam kesempatan itu, Zulkifli juga sempat menceritakan sedikit pidato Presiden Pertama Soekarno.

"Pada waktu Bung Karno pidato tahun 1966, Bung Karno mengatakan, kami tidak ikut sistem komunis timur, kami punya sistem sendiri yang kami sebut Pancasila, dan saat itu disebutkanlah Pancasila dan dapat sambutan yang sangat meriah hingga Pancasila pun diakui dunia," ujar Zulhas.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga menuturkan, Pancasila kalau diterjemahkan dalam satu kalimat adalah kasih sayang.

"Kalau diterjemahkan dalam satu kalimat Pancasila adalah kasih sayang kekeluargaan. Kalau lebih panjang lagi kalimatnya adalah kasih sayang kekeluargaan musyawarah untuk mufakat," papar Zulhas.

Berbeda dengan negara Barat, kata Zulkifli Hasan, Indonesia punya Bhineka Tunggal Ika sehingga dapat hidup berdampingan meski berbeda-beda.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya