Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, 26 tahun lalu, wartawan lepas The Observer Inggris, Farzad Bazoft dieksekusi mati oleh Irak. Bazoft adalah keturunan Iran yang hijrah ke Inggris pada usia 16 tahun di pertengahan 1975.
Pemerintah Irak--yang kemudian diketahui bahwa Presiden Saddam Hussein lah orang yang menjatuhkan hukuman mati dilakukan secepatnya--menuduh Bazoft melakukan aksi mata-mata.
Kisah bermula saat ia diundang meliput pemilu di Irak. Sebagai wartawan freelance bagi The Observer dan BBC di London, ia datang bersama wartawan lainnya.
Saat tiba di Baghdad, Bazoft mendapati kisah ledakan misterius yang telah terjadi pada 19 September 1989 di kompleks kuno al-Iskandaria, sekitar 50 kilometer dari selatan Baghdad.
Sebagai wartawan muda dan haus berita ekslusif, ia ingin membuktikan rumor bahwa ledakan itu terjadi di pabrik roket rahasia buatan Saddam Hussein, yang membunuh puluhan pekerja Mesir.
Baca Juga
Advertisement
Bazoft berangkat ke lokasi tersebut bukan tanpa izin. Pemerintah Irak memberikan lampu hijau kepada dia.
"Farzad Bazoft bukan mata-mata. Ia adalah wartawan yang sedang mencari berita. Ia bahkan melaporkan rencana beritanya. Kepada pemerintah Baghdad ia meminta izin untuk pergi ke lokasi. Ini jelas bukan tindakan mata-mata, ini jelas aksi seorang reporter," kata Editor Observer, Donald Trelford, seperti dilansir Guardian.
Sesampai di lokasi, ia bahkan mewawancarai anggota militer dan saksi mata atas apa yang terjadi di lokasi peledakan. Namun, seorang keamanan hotel mencurigai Bazoft sebagai mata-mata dan melaporkan ke Dinas Intelijen Irak.
Sepulang dari lokasi, ia kembali ke Baghdad untuk kemudian pulang ke Inggris. Namun, ia ditahan di bandara. Tanpa pengadilan, ia ditahan di penjara Abu Graib dan disiksa. Pada 1 November 1989, dengan muka babak belur, ia tampil di depan TV mengaku sebagai agen Israel.
Sebelum vonis dijatuhkan, Saddam Hussein menyurati Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcer menjanjikan Bazoft akan diberikan pengadilan yang adil. Namun, omong kosong belaka.
Pemuda kelahiran Iran itu hanya 1 kali pengadilan untuk mendapatkan vonis mati. Pada 10 Maret 1990, pengadilan menjatuhkan vonis mati dan eksekusi 5 hari kemudian.
Dukungan internasional tak berlaku. Bazoft yang bercita-cita jadi wartawan Washington Post yang membongkar skandal presiden Nixon, watergate, kandas. Pada pukul 6.30, 15 Maret 1990, ia digantung hingga mati.
Hari yang sama pada 1981, di Peshawar, Pakistan, setelah 2 minggu dibajak, penumpang dan kru Pakistan Airways berhasil dilepaskan kelompok Al Zulfikar.
Para penumpang itu boleh bernafas lega, karena pemerintah Pakistan memenuhi permintaan pembajak, setelah membebaskan 54 orang dari penjara.