Liputan6.com, Jakarta Kasus bayi kembar siam di Indonesia hingga saat ini tak terhitung jumlahnya, namun sejak tahun 1975 pihak medis dari RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah menemukan sebanyak 43 bayi lahir dengan keadaan kembar siam yang umumnya pelaksanaan operasi pemisahan kembar siam berhasil dilakukan oleh RSCM.
Data operasi bayi kembar siam yang dipaparkan oleh pihak RSCM dalam Konferensi Pers Tim Operasi Pemisahan atas Persiapan Pulang Bayi Kembar Jenis Conjoined Twin Ischiopagustetrapus, di Gedung A RSCM, Selasa (15/3/2016) sebanyak 20 kasus kembar siam yakni 8 kasus menyatu di bagian perut dan dada, 3 kasus menyatu di bagian pusat, 3 kasus menyatu di bagian panggul, 2 kasus menyatu di bagian perut, 2 kasus menyatu dada hingga pusat, 1 kasus menyatu di bagian kepala, dan 1 kasus menyatu di bagian bokong.
Januari 2016 silam tim medisRSCM baru saja menangani operasi bayi kembar siam yang menyatu pada bagian panggul. Bayi dengan nama DwiMustikawardhani dan TriTrianawardhani lahir dengan keadaan kembar siam diRSUD Kuningan, Jawa Barat, pada 7 Mei 2015. Operasi pemisahan tak dilakukan langsung sebab ahli bedah harus mempertimbangkan terlebih dahulu kondisi kedua bayi hingga optimal.
Baca Juga
Advertisement
"Kurang lebih satu setengah bulan yang lalu pasien ini dilahirkan di RSUD Kuningan dan kami tim melakukan pemeriksaan berkala untuk mengelaborasi bagian mana saja yang berdempetan untuk ditindaklanjuti. Bayi ini ada penyatuan di usus besar dan kandung kemih," jelas Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp, ACK, selaku Ka. Dept. Ilmu Kesehatan Anak, dalam konferensi pers.
Tim operasi dari pemisahan bayi kembar siam Dwi dan Tri melibatkan beberapa bidang spesialis yang terdiri dari Spesialis Bedah Anak, Orthopedi, Urologi, Bedah Plastik, Anestesi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik, Psikiatri, Ahli Gizi, Ahli Farmasi, dan Spesialis Anak yang masing-masing bidang memiliki tugasnya sendiri dalam pelaksanaan pemisahan kedua bayi.
"Operasi berlangsung selama hampir 16 jam dengan beberapa tahap operasi mulai dari pelepasan tulang panggul oleh Orthopedi, pemisahan usus besar dan pembuatan lubang anus di dinding perut oleh tim bedah anak, selanjutnya memisahkan kandung kemih dan uterus, dan terakhir yang di tutup oleh tim bedah plastik untuk menutup lapisan kulit," ungkap Aryono.
Setelah melewati waktu yang panjang akhirnya kedua bayi berhasil dipisahkan dengan keadaan selamat. Pihak RSCM pun tidak lantas begitu saja memutuskan kontak dengan kedua bayi juga orangtua bayi, sebab pascaoperasi kedua bayi harus melalui tahap perawatan hingga stabil.
"Bukan berarti hanya pemisahan lalu selesai, tidak... Kami tetap melakukan pemantauan walaupun hari ini kedua bayi akan pulang ke Kuningan. Kami tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan si anak terhadap motorik hingga psikososial, karena anak kan masih melakukan perkembangan seperti motorik untuk duduk dan berdiri, dan lainnya," ungkap Aryono.
Tim operasi bayi Dwi dan Tri akan mendapatkan program rehabilitasi medis untuk memperbaiki kedua fungsi kaki mereka. Rencananya enam bulan ke depan pasien akan menjalankan perawatan kembali untuk pemeriksaan pencitraan. Akibat pembuangan feses saat ini masih dengan lubang anus yang dibuat pada dinding perut, tim masih mempertimbangkan operasi anus di tempat hingga genital setelah adanya hasil pemeriksaan pencitraan.