Kilang Mini di Bojonegoro Tak Produksi, Ratusan Orang Menganggur

Salah satu kilang mini yang dioperasikan PT Tri Wahana Universal berhenti beroperasi.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 16 Mar 2016, 12:40 WIB
Pembangunan kilang mini minyak blok Cepu di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur. Kilang ini mampu mengolah minyak mentah blok Cepu, 6.000 barel per hari.(Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kilang mini yang dioperasikan PT Tri Wahana Universal berhenti beroperasi. Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro, Adi Wicaksono menyatakan kondisi PT Tri Wahana Universal (TWU) yang tidak berproduksi sejak Januari 2016 telah memberikan dampak yang serius terhadap Pemda dan masyarakat Bojonegoro, Jawa Timur.

“Kurang lebih terdapat 650 tenaga kerja yang terancam mengalami pengangguran permanen apabila TWU tidak berproduksi lagi,” jelas Adi, (16/3/2016)

Tak beroperasinya kilang tersebut disebabkan karena tidak mendapatkan pasokan minyak mentah sejak 16 Januari 2016 sehingga akhirnya berhenti produksi pada 20 Januari 2016. Hal ini disebabkan karena TWU masih menunggu kepastian formula harga sumur dan pasokan minyak mentah untuk kilang mini TWU yang dibangun dekat mulut sumur lapangan Banyu Urip.

 

Menurut Adi, tenaga kerja di kilang PT TWU sendiri tercatat sekitar 200 orang, yang sebagian besar merupakan warga Bojonegoro. Sementara di luar TWU sendiri, terdapat lebih dari 400 tenaga kerja tidak langsung yang tergabung dalam perusahaan transporter.

Angka tersebut belum termasuk tenaga kerja pada perusahaan supplier, kontraktor yg memberikan jasa untuk operasional TWU. Selain itu, terdapat tenaga kerja informal yang tumbuh dengan adanya keberadaan kilang TWU, seperti usaha warung dan toko di sekitar daerah kilang.

Mengutip Kajian LPPM UGM, ada sekitar 5300 tenaga kerja yg tercipta di tingkat kabupaten Bojonegoro dari keberadaan TWU. 

Bila kilang TWU tidak segera produksi, mereka akan menjadi pengangguran.

“Sejak terhentinya produksi TWU, tampak perubahan mencolok bila dibandingkan saat kilang masih berproduksi dengan saat ini. Kelihatan sekali dampaknya kalau masuk ke wilayah sini, tadinya banyak tangki minyak berseliweran, sekarang suasananya sepi,” kata Adi.

Adi berharap Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian ESDM segera menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh TWU supaya dapat memulai lagi produksinya segera.

Sementara itu, pemilik transporter PT Bahana Multiteknik, Budi Utomo, menyatakan, sejak TWU tidak berproduksi, ratusan armada miliknya kini menganggur.

“Kami harus menanggung biaya gaji dan operasional lebih dari Rp 1 miliar per bulan, di luar cicilan pembayaran Bank," tuturnya.

Selain itu, PT Bahana Multiteknik juga  menyalurkan BBM solar produksi TWU ke sejumlah daerah, seperti Bojonegoro, Gresik, dan daerah lain di Jawa Tengah dan sejumlah provinsi lain.

"Kami nggak mungkin memberhentikan mereka, tapi kalau ini berlarut-larut ke depan kami angkat tangan dan tidak akan mampu lagi,” ujar Budi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya