Terungkap, Beras di Bengkulu Mengandung Logam Berat

Ancaman penyakit kanker, jantung, dan ginjal membayangi ribuan warga Bengkulu akibat beras mengandung logam berat.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 16 Mar 2016, 14:15 WIB
Ilustrasi Beras (Istimewa)

Liputan6.com, Bengkulu - Ribuan warga Kabupaten Bengkulu Selatan terancam penyakit mematikan. Ini lantaran mereka mengonsumsi beras yang mengandung logam berat selama belasan tahun.

Kondisi itu terungkap dari hasil uji laboratorium Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Bengkulu. Dalam uji lab itu ditemukan kandungan logam atau cadmium dalam beras hasil produksi petani yang tergabung dalam dua Gapoktan Kecamatan Seginim, Bengkulu Selatan.

Hasil uji lab yang dilakukan pada laboratorium pangan Surabaya itu menemukan ambang batas minimum kandungan logam sebanyak 0,365 persen. Angka itu jauh melebihi angka toleransi kandungan logam yang bisa diterima tubuh manusia sebanyak 0,050 persen. 

Kepala BKP Provinsi Bengkulu Muslih menyebutkan, ancaman penyakit kanker, jantung, dan ginjal membayangi warga yang sudah belasan tahun mengonsumsi beras dari wilayah Kecamatan Seginim tersebut.

"Delapan item kandungan zat yang dikaji untuk beras seginim semuanya, bagus kecuali kadar Cadmium yang tujuh kali lipat di atas ambang toleransi," ujar Muslih di Bengkulu, Rabu (16/3/2016).

Kesembilan kandungan zat yang dikaji pada laboratorium Surabaya tersebut di antaranya, Bentazone (MRL 0.1; RL 0.0010; Result ND), Carbaryl (MRL 5; RL 0.010; Result ND), Carbendazim (MRL 2; RL 0.010; Result ND), Chlorpyrifos (MRL 0.5; RL 0.010; Result ND), Fipronil (MRL 0.01; RL 0.002; Result ND), Imidacloprid (MRL 0.1; RL 0.010; Result ND), Residual Chlorine (MRL-; RL 1.00; Result ND), Cadmium (MRL-;RL 0.050; Result 0.365), Lead (Pb) (MRL -; 0.100; Result ND). Hasil uji lab iniditandatangani langsung oleh Laboratory Director Suwidji Wongso.

Untuk lebih memastikan beras yang sudah diproduksi sejak awal tahun 2000 dan mengalami masa panen dua hingga tiga kali setahun itu, BKP Bengkulu akan mengirimkan sampel kedua untuk diteliti kembali. Jika hasilnya tetap, pihaknya akan menelusuri sumber kandungan yang masuk dalam beras lokal ini.

"Apakah berasal dari aliran air yang terdapat tambang batu bara pada hulu persawahan atau dari tanah yang mengandung logam, tentu akan diteliti lebih lanjut," ujar Muslih.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya