Liputan6.com, Jakarta - Tenaga kerja Indonesia (TKI) Sri Rahayu binti Masdin Nur sempat terjebak selama dua tahun di Kota Raqqah, yang dikuasai ISIS. TKI asal Sumbawa itu kini tengah diurus pemulangannya ke Tanah Air oleh BNP2TKI berkoordinasi dengan KBRI Damaskus, Suriah.
"Kami terus berkoordinasi terkait kepulangan Sri Rahayu ke Indonesia. Yang jelas BNP2TKI nantinya bertugas memulangkan kembali Sri Rahayu ke daerah asalnya di Desa Gontar, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat," kata Deputi Perlindungan BNP2TKI Lisna Yoeliani Poelongan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/3/2016).
Sri Rahayu binti Masdin Nur mulai bekerja di Suriah pada Februari 2011. Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Swasta Indonesia (PTKIS) yang menempatkannya adalah PT Binhasan Maju Sejahtera, sedangkan Asharq merupakan agen dari Suriah.
Semula, Sri oleh Asharq dipekerjakan di Aleppo dengan masa kontrak 2,5 tahun. Setelah kontraknya habis, oleh agen tersebut dipekerjakan ke majikan baru Abdul Azim al-Uljaeli di Raqqah, untuk merawat orang tua.
Namun kota itu kemudian menjadi markas besar tentara pembebasan Suriah (FSA) dan jadi ibu kota ISIS. Mengaku bukan simpatisan ISIS, Sri bisa menetap selama dua tahun di Raqqah karena mampu menyesuaikan diri.
Baca Juga
Advertisement
"Majikan sangat baik dan Sri sendiri tak ada masalah," ujar Lisna Yoeliani Poelongan setelah meneliti data TKI tersebut.
Dubes RI untuk Suriah Djoko Harjanto, dalam Brafax yang dikirim ke BNP2TKI pada Rabu, 16 Maret menyatakan pihaknya menerima informasi tentang Sri sejak Juni 2015. Namun pilihan evakuasi sangat terbatas karena pemerintah tidak bisa mengawasi Raqqah.
"Sejak pecah konflik di Suriah, Raqqah merupakan medan pertempuran antara tentara pemerintah dengan FSA dan ISIS," ucap Djoko.
Sri akhirnya berhasil dievaluasi dan sekarang berada di shelter KBRI Damaskus. Upaya penyelamatan dilakukan pengacara KBRI Damaskus Muhammad Akra di Aleppo. Sri dan penjemputnya harus diam-diam menyusuri pegunungan Aleppo-Raqqah selama enam hari.