Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diingatkan berhati-hati dalam memutuskan Plan of Development (POD) Blok Masela dengan pembangunan fasilitas pengolahan gas di laut (FLNG).
Pelaku bisnis minyak dan gas (migas) Irwan Ratman mengatakan, pembangunan fasilitas pengolahan gas menjadi gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) di tengah laut sudah dilakukan Shell di Prelude Australia, namun belum menunjukkan keberhasilan karena fasilitas tersebut belum beroperasi.
"Yang menentukan floating LNG di dunia ini belum ada. Ada Australia setelah bangun Prelude yang belum operasi," kata Irman, di Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Irman melanjutkan, karena belum ada yang berhasil mengoperasikan fasilitas LNG di tengah laut, perlu diperhatikan risikonya. Lantaran LNG memiliki risiko besar jika terjadi kesalahan dalam pengoperasiannya.
Baca Juga
Advertisement
"Yang belum itu risikonya besar kalau bocor jadi faper cloud menguap kandungan udara beku seperti awan menguap kalau kena jaringan api masuk secepat kilat hancur, beda dengan nuklir tapi safetynya hampir," tutur Iwan.
Selain risiko, menurut Irwan yang perlu diperhatikan adalah dampak pembangunan fasilitas tersebut untuk ekonomi masyarakat sekitar.
Pembangunan fasilitas pengolahan gas di darat akan menciptakan lapangan kerja baru karena akan menyerap 12 ribu tenaga kerja. Sedangkan jika di laut hanya 3- 4 ribu pekerja.
"Dikembalikan evaluasi bersifat teknis dan ekonomis sehingga gas memberikan penerimaan negara berujung pada kesejahteraan rakyat," tutur Iwan. (Pew/Ahm)