Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan kembali suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,75 persen. Kebijakan tersebut diyakini bakal mendongkrak konsumsi dan investasi sehingga pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7 persen menjadi 6,75 persen sangat menolong perekonomian Indonesia. Roda perekonomian mampu bergerak lebih cepat di saat banyak pihak memprediksi pesimis pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dengan strategi ini, dana-dana yang berada di perbankan keluar untuk kepentingan investasi dan konsumsi. Demand meningkat, dan mendorong produksi lebih tinggi," ujar Sasmito di kantornya, Jakarta, Jumat (18/3/2016).
Lebih jauh dia menjelaskan, dampak penurunan BI Rate akan dirasakan dunia usaha untuk bergeliat ekspansi maupun menanamkan investasi baru di dalam maupun luar negeri. Masyarakat, akan meningkatkan konsumsi karena harga barang bisa lebih murah. Sebagai contoh, untuk beli motor, dan lainnya.
Baca Juga
Advertisement
"Saya inginnya investasi lebih tumbuh pesat, karena dari investasi bisa memacu pertumbuhan konsumsi juga dan bertahan lebih panjang. BI Rate turun, ditambah kurs Rupiah menguat bisa menurunkan harga barang atau produk," terang Sasmito.
Dia berpendapat, pemangkasan BI Rate dari level 7 persen ke 6 persen sudah cukup membantu perekonomian Indonesia. Ia berharap, BI tidak langsung menurunkan BI Rate secara drastis.
"Dari 7 persen ke 6 persen sudah bagus. Ekonomi kita bisa berkembang cepat di 2016 dibanding tahun lalu. Tapi kita minta BI juga jangan langsung menurunkan sekaligus kalau memang ada ruang untuk itu," pungkas dia. (Fik/Nrm)