Liputan6.com, Jakarta Bali adalah surga dari wilayah tropis, dengan budayanya yang berkembang dan alam yang spektakuler. Hal yang banyak dilewatkan oleh banyak orang adalah bahwa pulau ini menghasilkan sekitar 680 meter kubik sampah dalam waktu satu hari. Jika diibaratkan, hal ini sama dengan 14 bangunan yang dipenuhi oleh sampah. Kurang dari lima persen limbah dari plastik sampah yang di daur ulang dan hampir seluruhnya berakhir dengan berserakan, dibakar, atau dibuang begitu saja ke saluran pembuangan yang akhirnya larut menuju laut.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari mymodernmet.com, Jumat (18/3/2016), dua orang gadis remaja bernama Isabel dan Melati Wijsen memutuskan untuk melakukan sebuah aksi untuk mengurangi pencemaran di Bali. Selama tiga tahun mereka berdua bekerja keras untuk membebaskan Bali dari tas dan sampah plastik.
Melihat referensi dari negara-negara lain di dunia, kedua gadis ini memulai kampanye ramah lingkungan yang diberi nama Bye Bye Plastic Bags.
Mereka merekrut tim dari para pemuda yang ingin bergabung secara sukarela dan kampanye mereka dimulai dengan demonstrasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi.
Fokus terbesar mereka adalah pemahaman pengguna tas plastik terhadap fungsi alternatif yang dapat dilakukan dan betapa tidak pentingnya menggunakan sebuah tas plastik.
Walaupun usaha mereka mendapatkan hasil yang lambat pada awalnya, namun akhirnya mereka mendapatkan perhatian yang besar dari waktu ke waktu. Setelah melakukan kampanye petisi untuk satu juta tanda tangan dan 24 jam mogok makan, kedua gadis ini juga menemui gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Hasilnya? I Made Mangku Pastika memastikan bahwa pulau Bali akan bebas dari tas dan sampah plastik di tahun 2018.
Seiring perjuangan mereka, kedua gadis ini telah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan untuk apa yang mereka lakukan, mulai dari lokal sampai dengan PBB.
Motivasi yang diberikan oleh Isabel dan Melati menunjukan bahwa anak-anak memiliki energi tak terbatas untuk menghasilkan suatu karya yang luar biasa, ketika mereka mau bekerja sama untuk menghasilkan suatu hal yang positif.
Dengan perjuangan ini, Isabel dan Melati dapat memastikan bahwa Bali akan tetap menjadi sebuah pulau yang indah untuk generasi mereka dan seterusnya.