Apa Nama yang Cocok untuk Hutan Kota Senayan?

Winarto bersama tim perancang dari Ikatan Arsitek Indonesia memang belum memikirkan nama hutan kota.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 18 Mar 2016, 22:24 WIB
Warga Ibukota Jakarta akan segera memiliki hutan dalam kota karena lapangan latihan golf di Komplek Gelora Bung Karno akan dialihfungsikan.

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pengelolah Kawasan Gelora Bung Karno (PPK-GBK) mengubah Golf Driving Range Senayan menjadi hutan kota. Berbagai fasilitas akan tersedia di lahan 4,6 hektare itu. Lalu akan diberi nama apa hutan kota yang satu ini?

Direktur Utama PPK GBK Winarto mengatakan, sampai saat ini nama hutan kota baru di Jakarta ini memang belum ditentukan. Nama-nama yang akan digodok pun belum muncul.

"Kalau untuk nama belum, kita masih fokus selesaikan desain dulu. Kita tampung semua masukan dari berbagai pihak, siapa tahu saat pengumpulan saran itu ada nama unik yang bisa diajukan," kata Winarto di Golf Driving Range, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (18/3/2016).

Winarto bersama tim perancang dari Ikatan Arsitek Indonesia memang belum memikirkan nama hutan kota. Sejauh ini, masih menggunakan nama Bung Karno karena masih dalam kawasan GBK.

"Bung Karno bisa, cuma nanti kita lihat bagaimana perkembangannya. Yang penting kita fokus selesaikan desain dulu," imbuh dia.

Sementara Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia Ahmad Juhara mengatakan, hutan kota ini juga harus dipikirkan namanya. Bila New York punya Central Park, Senayan juga harus punya nama yang sangat Indonesia.

"Apa namanya terserah, paling tidak Indonesia banget. Sejauh ini nama Bung Karno sangat berbekas dan tersemat di sini," ujar dia.

Pembangunan hutan kota ini juga bagian dari renovasi besar-besaran kawasan GBK dalam menyambut Asian Games 2018. Seluruh pembangunan harus sudah selesai pada Juni 2017.

Pihaknya memang sudah memiliki desain dasar untuk hutan kota ini. Hanya saja semua belum final. Dia ingin mendengar masukan dari komunitas yang notabene pengguna area hutan kota ini nantinya.

"Mewakili komunitas yang selama ini memakai fasilitas di sini nyaman dan gembira. Orang bisa berkumpul di ruang publik, bukan hanya mengundang burung tapi orang. Hutan kota beda dengan hutan biasa. Di sini tantangannya bisakah hutan ini dipakai manusia aman, nyaman dan berbahaya," kata Juhara.

Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan tentu bukan karena dijaga satpam. Tapi ada kepedulian dari masyarakat dan komunitas yang menggunakan hutan kota ini.

"Saatnya sekarang jangan lagi cuek. Kita harus mulai bawel bila ada orang buang sampah sembarangan misalnya. Kita juga harus mulai berpikir rasa memiliki ruang kota ini. Motivasi saya masyarakat, komunitas maunya apa sehingga kami akomodasi jadi ruang publik yang berguna," pungkas Juhara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya