Liputan6.com, Washington - Fakta yang diungkap Federal Bureau of Investigation (FBI) dan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) menunjukkan mobil modern semakin rentan diretas. Karena itu, mereka mengimbau seluruh pemilik mobil di dunia lebih hati-hati.
"FBI dan NHTSA memperingatkan kepada masyarakat luas dan pabrikan, baik itu kendaraan, komponen, atau aftermarket, untuk waspada terhadap potensi dan ancaman keamanan cyber yang berkaitan dengan teknologi kendaraan yang terkoneksi di mobil modern," ujar mereka.
Baca Juga
Advertisement
FBI menambahkan, sebagaimana dilaporkan Reuters, merupakan hal yang sangat penting agar konsumen mengambil langkah yang tepat untuk meminimalisasi risiko. Meskipun, tidak semua insiden peretasan berakibat fatal baik pemilik atau kendaraannya.
Dijelaskan, modus operandi peretas biasanya mengirimkan email palsu yang memerintahkan pemilik mobil memperbarui software kendaraannya. Jika masuk ke perangkap, maka saat pembaruan palsu itulah sistem akan mulai dibajak.
Hal ini sebetulnya bukan isapan jempol. Sudah ada banyak contoh di mana pabrikan jadi korban. Pada Januari 2015, BMW AG mengungkap ada 2,2 juta mobilnya berpotensi diserang peretas karena adanya celah keamanan.
Selain itu, Fiat Chrysler juga pernah menarik 1,4 juta kendaraan pada Juli tahun lalu karena masalah serupa. Begitu pula dengan General Motors (GM), terutama pada model bertenaga listriknya, Volt. Peretas bahkan bisa mengambil alih beberapa fungsi model itu, dari mulai menyalakan mesin hingga membuka pintu.
Selain pabrikan, asosiasi juga ikut bertindak. Dua asosiasi otomotif terbesar di Amerika Serikat (AS) sana, Alliance of Automobile Manufacturers dan Association of Global Automakers, sepakat membuka Information Sharing dan Analysis Center. Dua grup ini dibuat untuk tukar informasi kepada siapa pun.