Citizen6 Jakarta - Namanya juga orang baru datang ke tempat baru ya, selalu ada awal untuk segalanya. Awal-awal saya tinggal di Doha, Qatar, kemana-mana saya dan keluarga menggunakan taksi atau limousine dengan menggunakan layanan Uber atau Careem (sejenis uber tapi langsung bayar). Maklum di sini, transportasi umum seperti bus kota dan jalur kereta atau subway pun dalam proses pembangunan menyambut World Cup 2020.
Lho kok, kenapa jarang bus?
Advertisement
Sebenarnya lebih karena kondisi geografis saja, di mana saat musim panas, Doha bisa menggoreng orang yang ada di luar ruangan. Saat musim panas datang, suhu di sini bisa sampai 50 derajat celcius. Kebayang kan kalo nunggu bus pinggir jalan, bisa-bisa kena heat stroke.
Sementara saat musim dingin, anginnya juga kenceng, bisa bkin kerokan atau dikop 7 hari 7 malam kali. Jadi no wonder, kalo gak kepaksa banget, ya jarang lah ya orang di sini pake bis. Apalagi tarifnya juga tidak benar-benar murah.
Nah, terus kenapa subway baru dibangun?
Subway dibangun sebagai salah satu fasilitas untuk memudahkan tamu-tamu World Cup 2020. Yes, Qatar sedang berbenah dan menata diri untuk menyambut para tamu-tamu di event penting Itu. Memang di Dunia, Qatar sedang eksis-eksisnya jadi tuan rumah berbagai event bergengsi.
Maklum, negara ini meroket kemajuan perekonomiannya dan disebut-sebut sebagai salah satu negara terkaya di dunia jika dihitung dari pendapatan nasionalnya atau GDP, gross domestic product.
Balik lagi soal penggunaan transportasi, bagi orang Qatar sendiri atau mid-up class expatriat sih, mereka pakai mobil pribadilah kemana-mana. Karena harga bensin dan mobil tergolong cukup murah. Yah, namanya murah sebenernya relatif juga sih. Buat orang Qatar, beli mobil merk Bentley itu murah, buat saya ya masih mahal banget aja.
Tetapi dibandingkan dengan Indonesia, harga mobil dan bensin di Qatar memang tergolong cukup murah. Mobil second, sekitar 40% murahnya dibanding mobil sejenis di Indonesia (harga mobil baru sekitar 20% lebih murah). Bensin 70% lebih murah juga dari Indonesia. Jadi, wajarlah di Qatar penggunaan mobil memang lebih umum digunakan.
Nah, tapi bila baru saja tiba di Doha seperti saya yang belum memiliki mobil atau mungkin anda yang datang ke sini sebagai turis, otomatis taksi adalah pilihan transportasi utama.
Berikut satu kejadian menarik saat saya naik taksi di sini.
Suatu hari saya bersama keluarga mencari taksi dari pinggir jalan, setelah lama menunggu akhirnya ada taksi yang berhenti dan menanyakan tujuan kami. Awalnya kami enggan masuk ketika melihat di samping taksi ada orang dan jumlah keluarga kami yang ber empat.
Mengingat pada saat itu mencari taksi susah, akhirnya kita menyetujui saja usul pak sopir untuk anak-anak duduk di pangkuan kami. Sepanjang jalan kami berfikir bahwa orang di sebelah sopir taksi adalah temannya namun ternyata ia adalah penumpang taksi juga, namun ternyata dugaan kami salah karena ia ternyata penumpang taksi satu jurusan dengan kami.
Memang sih jaraknya hanya 3 kilometer dari tujuan kami tapi walau demikian tetap saja sopir taksi meminta pembayaran sesuai argo bukan share budget dengan penumpang pertamanya tadi. Ini adalah salah satu pengalaman berkesan kami pada awal tinggal di Doha Qatar, nasib naik taksi mewah ala angkot.
Penulis:
Noni – Citizen6 Doha Qatar
E-mail : noniputri30@gmail.com
Noni adalah mantan reporter dan produser televisi swasta yang saat ini mendampingi suami bekerja sebagai diplomat di KBRI Doha, Qatar. Memiliki passion di bidang fotografi, menulis, travel, kuliner dan fashion