Liputan6.com, Jakarta - Helikopter TNI AD jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 jatuh di Dusun Pattiro Bajo, Desa Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Minggu sore kemarin.
Heli membawa 13 penumpang dan semuanya dinyatakan meninggal. Saat ini 13 jenazah telah dievakuasi dan diterbangkan ke RS Polri Kramatjati, Jakarta untuk identifikasi.
Advertisement
Dari 13 korban meninggal, 7 orang merupakan penumpang helikopter, sedangkan 6 lainnya adalah kru heli.
Jatuhnya helikopter TNI AD mengungkap sejumlah fakta menarik. Apa itu? berikut rangkumannya:
1. Helikopter Baru
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Tatang Sulaiman di Kantor Puspen TNI menyatakan, helikopter TNI jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 yang jatuh di Poso masih dalam kategori baru.
"Setahu saya pengadaan tahun 2012 yang dibeli dari Kanada," ucap Tatang Sulaiman di Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu 20 Maret 2016 malam.
Dia menjelaskan, sekalipun diduga jatuh lantaran faktor cuaca, helikopter TNI yang mengangkut 13 orang itu dalam kondisi layak terbang.
"Kan itu masih baru (jadi layak terbang)," imbuh Mayjen TNI Tatang.
Advertisement
2. Buru Teroris Santoso
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman menyatakan, para anggota TNI yang berada di helikopter yang jatuh tengah terlibat dalam operasi Tinombala 2016. Di mana dalam operasi tersebut mereka memburu kelompok teroris Santoso.
Pascakontak senjata terakhir pada 15 Februari yang menewaskan 2 anggota kelompok Santoso, diyakini mereka masih berada di hutan pegunungan di wilayah Lore Tengah dan Lore Peore. Kuat dugaan kelompok itu kesulitan bahan makanan dan kini telah terpecah-pecah dalam kelompok kecil.
"Iya (terlibat dalam operasi Tinombala)," ujar Tatang di Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu 20 Maret 2016 malam.
Dia pun menegaskan, Kolonel Infantri Saiful Anwar, yang menjabat sebagai Danrem 132 Tadulako tersebut, juga merupakan Satuan Tugas operasi di sana.
"Kan Dandrem (Kolonel Infrantri Saiful Anwar), di sana adalah termasuk satgas," jelas dia.
3. Dimakamkan di TMP Kalibata
Korban helikopter jatuh di Poso, Sulawesi Tengah, akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
Segala persiapan pemakaman pun tengah dilakukan petugas TMP Kalibata. Di antaranya menggali 13 liang lahat untuk jenazah korban.
Pengelola TMP Kalibata Bambang mengatakan, pihaknya sudah mulai menggali liang lahat sejak pukul 09.00 WIB atas permintaan TNI.
"Iya dari pagi, tadi siang kan hujan tetap kita gali," kata Bambang kepada Liputan6.com di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (21/3/2016).
Bambang mengatakan, liang lahat tersebut kini sudah siap dan tinggal menunggu 13 jenazah, yang akan lebih dulu diidentifikasi di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.
"Finishing sudah oke," ujar dia.
Bambang memaparkan, 11 liang lahat berada di Blok Z, sedangan 2 lainnya berada di Blok AA. "Kan 11 itu yang meninggal korbannya beragama Islam, yang 2 itu Nasrani. Nah blok AA ini makam khusus yang beragama Nasrani," pungkas Bambang.
Advertisement
4. Jokowi Berkabung
Presiden Jokowi turut berduka atas gugurnya 13 prajurit TNI dalam kecelakaan helikopter yang jatuh di Desa Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
"Dukacita mendalam atas gugurnya 13 prajurit TNI dalam jatuhnya helikopter TNI AD HA 5171 di Poso. Mereka gugur jalankan tugas negara -Jkw," tulis Jokowi dalam akun twitternya @jokowi seperti dikutip Liputan6.com, Senin (21/3/2016).
Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi SP mengatakan, hasil investigasi sementara yang dilakukan oleh pihak TNI, jatuhnya helikopter bukan karena faktor kesalahan manusia. Helikopter itu jatuh murni karena faktor alam.
"Presiden tentu sudah memerintahkan Menko Polhukam meneliti lebih lanjut. Tapi untuk sementara, laporan yang masuk adalah heli jatuh karena cuaca, disambar petir, bukan karena human error dan bukan karena mesinnya," ujar Johan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/3/2016).
Dia juga membantah adanya kabar helikopter tersebut jatuh karena diserang oleh kelompok radikal Santoso. "Jadi ini benar-benar murni karena cuaca, karena alam," kata Johan.