Liputan6.com, Jakarta Masuknya minat investor Australia untuk berinvestasi di industri pengolahan daging menjadi salah satu nilai tambah dari investasi sektor peternakan yang sudah lebih dulu masuk ke Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengidentifikasi adanya minat investasi dari investor Australia di bidang pengolahan daging yang rencananya akan membangun industri pengolahan daging terintegrasi dengan fasilitas penyimpanan daging beku dengan tujuan ekspor ke negara-negara tujuan di seluruh dunia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa minat investasi tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan dengan investor Australia di bidang pertanian dan peternakan tahun 2015 lalu. Dari investasi tersebut memberikan peluang bisnis bagi industri pendukung.
“Selain pengolahan daging untuk diekspor, perusahaan juga memiliki produk lain seperti pengolahan kulit, produk untuk hewan peliharaan,biodiesel, kolagen, kaleng dan produk pembersih. Untuk nilai investasi memang belum disebutkan, namunBKPM mengidentifikasi setidaknya kapasitas produksi perusahaan di Australia dapat mengekspor 700 kontainer daging beku ke seluruh dunia dalam kurun waktu satu minggu ,” jelasFranky dalam keterangannya, Selasa (22/3/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Franky, Indonesia dipilih sebagai lokasi yang tepat untuk membangun industri tersebut karena memiliki keunggulan lokasi yang strategis sebagai akses pasar untuk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri, ASEAN, maupun pasar global. Selain itu perusahaan juga dapat memanfaatkan sertifikasi Halal dari Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar untuk memasuki pasar di Timur Tengah.
Lebih lanjut Franky mengemukakan industri peternakan dari Australia memang dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, oleh karena itu dengan masuknya investor dalam bidang pengolahan daging terintegrasi coldstorage tersebut akan memperkuat posisi Indonesia sebagai bagian dalam supply chain yang akan dikembangkan oleh investor Australia tersebut.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dalam kunjungannya ke Australia pekan lalu (18/3), juga menyambut baik rencana investasi tersebut. Menurutnya, pemerintah telah memfasilitasi investor dengan terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Melalui kemudahan dan fasilitas yang disediakan dalam KEK, akan menarik investor untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat logistik dan industri peternakan sapi di regional ASEAN.
Sementara Pejabat Promosi Investasi IIPC Sydney Sri Moertiningroem merespons positif minat investasi yang telah disampaikan oleh investor dan siap mengawal minat investasi tersebut agar dapat segera direalisasikan. “Investor dapat membangun industri peternakan di Kawasan Ekonomi Khusus, baik itu perdagangan atau industri pemotongan hewan atau abattoir,” jelasnya.
Sri menambahkan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi dengan perwakilan RI yakni KBRI dan KJRI se-Australia serta tim Marketing Officer wilayah Australia untuk mengawal minat investasi tersebut. “Tim marketing officer di Indonesia juga terus melakukan pertemuan dengan anggota Kemitraan untuk menentukan langkah-langkah strategis demi mendorong masuknya investasi Australia terutama dalam bidang peternakan,” ungkapnya.
Dari data BKPM tahun 2015, realisasi investasi Australia berada di peringkat 12 sebesar US$ 167 juta terdiri atas 443 proyek. Sementara dalam posisi sejak periode 2010-2015, tercatat investasi yang masuk ke Indonesia dari Australia sebesar US$ 2,07 miliar.
Untuk sektor peternakan sendiri, realisasi investasi tahun 2015 mencapai Rp 1,3 triliun meningkat 28,7% dari tahun 2014 yang mencapai Rp 1 Triliun. Sedangkan dari sisi komitmen investasi, BKPM pada tahun 2015 telah mencatat masuknya komitmen sektor peternakan melalui izin prinsip sebesar Rp 5 triliun yang terdiri dari 74 proyek dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 4.033 tenaga kerja. (Yas/Gdn)