Liputan6.com, Jakarta - Peran ganda PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebagai kontraktor mau pun investor mulai menampakkan hasil.
Hal itu sejalan dengan peresmian tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) seksi IV, Krian-Mojokerto sepanjang 18,47 KM oleh Presiden Joko Widodo pada Sabtu 19 Maret 2016.
"Diharapkan melalui pengoperasian ruas jalan tol Sumo ini akan memberikan andil cukup signifikan dalam melayani pergerakan manusia, barang dan jasa di Jawa secara keseluruhan dan khususnya di Jawa Timur," ujar Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk Bintang Perbowo seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (22/3/2016).
Tol Sumo terdiri dari empat seksi yaitu seksi IA, Waru-sepanjang seksi IB, sepanjang-western Ring Road (WRR), seksi II, WRR-Driyorejo. Kemudian seksi III yaitu Driyorejo-Kriyan, dan seksi IV Krian-Mojokerto.
Ruas jalan tol Sumo seksi IA telah beroperasi lebih dahulu pada 2011. Sementara untuk seksi IB, II dan III sepanjang 16 kilometer sedang dalam tahap pengadaan tanah yang paralel dengan pelaksanaan konstruksi.
Baca Juga
Advertisement
Pada seksi IB, sepanjang-WRR sekitar 4,3 KM maka pembebasan lahan telah mencapai 94,91 persen. Sedangkan kemajuan konstruksi yang telah dan sedang berlangsung memiliki kemajuan 62,85 persen.
Sementara pada dua seksi lain masing-masing seksi II antara WRR yaitu masing-masing seksi II antara WRR-Driyorejo Gresik berjarak 6,1 KM, pembebasan lahan telah mencapai 67,75 persen.
Pada seksi III yang menghubungkan 6,1 KM antara Driyorejo-Krian, pembebasan lahannya telah mencapai 76,72 persen.
Dengan peresmian tol Sumo seksi IV ini maka diharapkan mengurangi kemacetan hingga 30 persen di Balongbendo, Krian dan Mojosari.
Untuk perencanaan, penyelenggaraan, pembangunan jalan, jembatan bangunan pelengkap dan fasilitas jalan tol serta pengelolaan jalan dan fasilitas tol Surabaya-Mojokerto dilaksanakan oleh PT Marga Nujyasmo Agung (PT MNA).
Untuk fasilitas itu, perseroan turut ambil peran penting sebagai investor dengan kepemilikan saham sebesar 20 persen.
Total panjang pembangunan tol Sumo mencapai 36,27 KM ini merupakan investasi padat modal dengan kebutuhan dana Rp 3,2 triliun. Masa konsesi yang diberikan pemerintah kepada pengelolaan jalan tol selama 42 tahun terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Konstruksi (SPMK) pada 18 April 2007.
Selain sebagai investor, perseroan dalam proyek ini juga menjadi kontraktor utama pembangunan dengan skup pekerjaan antara lain pekerjaan persiapan, rigid pavement, base coursed A&ATB (penghamparan, pemadatan, kualitas tes, pemasangan pagar beton, dan marka jalan) serta pengamanan jalan (pemasangan medan barrier dan guard rail).
Hingga pekan ketiga Maret 2016, kontrak baru yang diraih PT Wijaya Karya Tbk mencapai Rp 4,67 triliun atau 8,84 persen dari target kontrak baru 2016 sebesar Rp 52,80 triliun. Perolehan kontrak baru itu meningkat 37,35 persen dibandingkan periode sama tahun 2015.
Perseroan juga kini telah mencatatkan beberapa penawaran terendah pada beberapa proyek antara lain bandara, jembatan, pabrik minyak goreng dan pembangkit listrik.
Hal itu diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan kontrak baru mencapai R6,62 triliun atau mencapai 12,54 persen dari target kontrak baru sebesar Rp 52,80 triliun pada Maret 2016.
Perseroan mengharapkan total kontrak yang dihadapi Rp 83,05 triliun pada 2016. Kontrak baru itu terdiri dari kontrak baru Rp 52,80 triliun dan carry over sebesar Rp 30,25 triliun dari tahun 2015. Komposisi perolehan kontrak baru itu ditargetkan berasal dari pemerintah sebesar 20,73 persen, BUMN sebesar 15,85 persen dan swasta sebesar 63,42 persen.(Ahm/Ndw)