Pikirkan Dampak ke Depan Sebelum Berbuat Anarki

Tindakan anarkistis yang dilakukan para sopir taksi sebenarnya dapat dicegah.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Mar 2016, 15:00 WIB
Aksi lempar batu antara sopir taksi yang melakukan unjuk rasa dan pengemudi ojek online terjadi di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (22/3). Aksi itu pecah saat pengunjuk rasa mendapat perlawan dari pengemudi ojek online (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta Perbuatan onar dan anarki para sopir taksi yang berdemo di sejumlah ruas jalan bisa dicegah bila ada pihak yang mengingatkan. "Tadi saya baca ada sopir yang berusaha menenangkan teman-temannya. Tindakan itu sudah paling benar," ujar seorang psikolog, Tiara Puspita N, MPsi.

Orang-orang yang sedang emosi karena tidak dapat menyalurkan amarahnya di tempat yang seharusnya memang mudah terprovokasi. Tiara yakin dalang dari tindakan anarkistis adalah oknum tidak bertanggung jawab yang bukan berasal dari manajemen taksi itu sendiri. 


"Kan seharusnya orang yang emosi itu ditenangin. Justru yang emosi ini mendapat bisikan dari orang lain, yang membuat dia semakin emosi. Akhirnya anarkis," kata Tiara, psikolog dari Tiga Generasi kepada Health Liputan6.com, Selasa (22/3/2016).

Ketika emosi itu mereda, mereka pun dapat berpikir jernih, ada dampak yang bakal diterima diri sendiri maupun orang lain dari tindakan anarkistis tersebut.

"Karena cara paling benar dari menahan emosi adalah menahan reaksi dan berpikir dari dampak positif dan negatif yang akan diterima. Menguntungkan atau tidak perbuatan tersebut. Sebab, ketika orang emosi, jarang sekali bisa berpikir jernih dan tidak bisa juga mengelola emosi dengan benar," kata Tiara.

Sebelum berbuat sesuatu, ada baiknya para sopir yang berbuat onar dan tindakan anarkis itu memikirkan dampaknya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya