Astronom Temukan Angin Tercepat di Dunia

Astronom menemukan angin ultraviolet tercepat di alam semesta, yang berputar-putar di sekitar lubang hitam supermasif.

oleh M Hidayat diperbarui 23 Mar 2016, 07:10 WIB
Ilustrasi Ruang Angkasa. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom telah menemukan angin ultraviolet tercepat yang pernah tercatat di alam semesta. Angin tersebut, menurut informasi yang dikutip dari Science Alert, Rabu (23/3/2016), berputar-putar di sekitar lubang hitam supermasif pada kecepatan hingga 200 juta kilometer per jam.

"Kita sedang membicarakan kecepatan angin dari 20 persen kecepatan cahaya. Dan kami memiliki alasan untuk percaya bahwa ada angin quasar yang lebih cepat," kata salah satu anggota tim, Jesse Rogerson dari York University di Kanada.

Pertanyaan pertama yang akan muncul sehubungan dengan hal ini adalah, bagaimana mungkin ada angin di ruang angkasa, padahal angin itu ada di lingkungan yang nyaris hampa udara?

Perlu diketahui, angin ruang angkasa tidaklah sama dengan angin di Bumi. Angin ruang angkasa merupakan hasil dari massa udara lokal yang bergerak merespons tekanan dan suhu perbedaan di permukaan.

Angin ruang angkasa mengacu pada 'pengaliran' energi, seperti halnya plasma yang terpancar dari sebuah bintang seperti matahari, menjadi angin surya superkuat (dan supermematikan).

Tipe lain dari angin ruang angkasa adalah angin quasar, yang pertama kali terdeteksi oleh para ilmuwan pada tahun 1960 silam. Sejak saat itu, ditetapkan bahwa angin tersebut dihasilkan oleh sekitar satu dari empat quasar--cakram luas dari gas panas yang terbentuk di sekitar lubang hitam supermasif.

Diungkapkan, terdapat sebuah lubang hitam supermasif di pusat hampir setiap galaksi di alam semesta, termasuk Bima Sakti, dan mereka menghancurkan setiap bintang, planet, batu, dan debu yang masuk ke jalur mereka.


Selanjutnya

Cakram quasar yang berputar-putar dapat menjadi lebih besar dari orbit Bumi di sekitar Matahari dan lebih panas dari permukaan Matahari. Quasar merupakan obek paling terang yang dikenal menurut sains, yang menghasilkan aliran intens seperti foton sebagai hasil dari semua materi yang ditelan lubang hitam. Kita dapat mendeteksi cahaya yang dipancarkannya dari seluruh alam semesta.

Untuk mendeteksi angin ini, para peneliti menganalisis data dari arus keluar quasar yang dikumpulkan oleh Sloan Digital Sky Survey.

Mereka mempersempit pencarian mereka untuk angin tersebut menjadi 300 "kandidat", kemudian mempersempitnya lagi menjadi 100, lalu mempelajarinya lebih lanjut menggunakan Gemini Observatory di Hawaii dan Chile.

Menariknya, lubang hitam supermasif yang akhirnya memiliki arus quasar tercepat yang banyak, juga memancarkan angin pada kecepatan yang jauh lebih lambat.

"Kami tidak hanya mengonfirmasi angin ultraviolet tercepat yang pernah ada, tetapi juga menemukan sebuah angin baru dalam quasar yang sama, yang bergerak lebih lambat, pada kecepatan 140 juta kilometer per jam. Kami berencana untuk tetap memantau quasar ini untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya," kata Patrick Hall, salah satu astronom yang terlibat.

Mengapa penting untuk mengetahui angin ruang angkasa berembus pada kecepatan yang hampir tidak bisa dipahami? Angin quasar sangat penting untuk pembentukan galaksi, dan cara mereka berperilaku dapat memberi tahu kita banyak hal tentang materi apa yang berakhir di sebuah galaksi atau tata surya.

Sederhana saja. Jika bukan karena angin quasar yang memancar keluar dari lubang hitam supermasif Bima Sakti, Bumi kita akan menjadi jauh lebih berbintang.

"Ketika galaksi terbentuk, angin ini melemparkan materinya ke luar dan mencegah penciptaan bintang. Jika angin tersebut tidak ada atau kurang kuat, kita akan melihat jauh lebih banyak bintang di galaksi-galaksi besar," kata Rogerson. 

(Why/Isk)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya