Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar sopir taksi konvensional diramal bakal kehilangan pekerjaan bila tidak bisa beradaptasi. Selain kalah saing dengan angkutan berbasis online, hilangnya pekerjaannya mereka masyarakat beralih ke transprotasi massal.
Pakar Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, angkutan umum massal berbasis kereta bakal menjadi raja di ibu kota. Sebut saja, kemunculan light rail transit (LRT), kereta bandara, serta mass rapid transit (MRT).
"Tidak bisa diabaikan mereka harus memangkas 50 persen dari kendaraannya karena over capacity. Ini hanya persoalan awal, dalam setahun ke depan akan lebih banyak menganggur karena kereta api akan merajai Jakarta, LRT dari Cibubur-Jakarta, dari Jakarta rail link ke bandara, MRT dari selatan," kata dia di Silangit, Sumatera, Utara, seperti ditulis Rabu (23/3/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, untuk bisa bersaing perusahaan taksi mesti mengkaji ulang skema bisnis mereka. Salah satunya menerapkan sistem bagi hasil sehingga beban perusahaan bisa diturunkan.
"Pemilik taksi bisa mengembalikan skema taksinya menjadi milik supir-supir saja. Mereka bergabung, berbagi hasil, bisa menekan cost," ungkapnya.
Tak sekadar itu, pihak meminta pemerintah supaya mengkaji kembali persoalan izin. Pasalnya, izin menjadi salah satu beban yang besar untuk pemilik taksi.
"Tapi pemerintah instropeksi, pemerintah menurunkan biaya perizinan untuk investor domestik. Blue Bird, Express kan investor domestik," tukas dia.