Media Sosial Tidak Selalu Buruk terhadap Kesehatan Mental

Media sosial dapat berperan sebagai pintu gerbang menuju berbagai forum dan kelompok dukungan terkait masalah kesehatan mental.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 23 Mar 2016, 19:10 WIB
Media sosial dapat berperan sebagai pintu gerbang menuju berbagai forum dan kelompok dukungan terkait masalah kesehatan mental. (Foto: Alamy/The Guardian)

Liputan6.com, Randwick - Kehadiran media sosial seperti pedang bermata dua—bisa membawa dampak buruk maupun dampak baik. Dengan semakin meresapnya media sosial dalam kehidupan sehari-hari, telah banyak penelitian yang mencoba menelaah dampaknya pada kesehatan mental pengguna.

Sejumlah penelitian menengarai dampak buruk penggunaan media sosial pada kesehatan mental, terutama di kalangan generasi sekarang. Namun tidak semua berpendapat begitu.

Dikutip dari Science Times pada Rabu (23/3/2016), suatu penelitian baru menyebutkan bahwa media sosial mungkin tidak berdampak sedemikian rupa pada kesehatan mental seseorang seperti yang diduga sebelumnya.

Penelitian itu dilakukan oleh Dr. Bridianne O'Dea, seorang peneliti kesehatan mental di Black Dog Institute di Australia. Menurut dia, tidak ada penjelasan pasti secara ilmiah yang memberikan kaitan langsung antara media sosial dengan kecenderungan bunuh diri dan kesehatan mental seseorang.

Pandangan yang menyebutkan bahwa istirahat dari situs-situs media sosial dapat membantu meningkatkan kesehatan mental tidaklah benar 100 persen.

Ia juga menambahkan bahwa konsensus di antara para peneliti dan pekerja klinis di mana pun adalah bahwa interaksi secara daring (online) malah sebenarnya dapat mengangkat mood seseorang yang mengalami masalah-masalah kesehatan mental.

Lebih jauh lagi, Dr. O’Dea menjelaskan bahwa selain dari hal-hal lazim media sosial (status, posting, dan gambar), ada juga akun-akun milik sejumlah organisasi yang kredibel yang menangani masalah kesehatan mental yang dapat dijangkau jika seseorang merasa memerlukan pertolongan.

Kelompok-kelompok semisal Black Dog Institute dan BeyondBlue, misalnya, memiliki pengaruh besar media sosial yang dipergunakan untuk menjangkau orang-orang, terutama remaja, yang mungkin secara diam-diam sedang menderita karena persoalan kejiwaan mereka.

Ia juga menjelaskan bahwa media sosial dapat berperan sebagai pintu gerbang menuju berbagai forum dan kelompok dukungan (support group) yang dapat menjadi alat untuk memperkuat dukungan emosional pada siapa pun yang memiliki masalah mental.

Ia menyimpulkan penelitiannya dengan mengatakan, walaupun media sosial kadang-kadang dapat menimbulkan stres, masih ada banyak hal di dalamnya yang dapat memberikan pengetahuan dan dukungan emosional kepada orang dengan persoalan kesehatan mental dalam perjuangan mereka menghadapi keadaan yang sedang dialami.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya