Pasokan yang Berlimpah Tekan Harga Minyak

Minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Mei turun US$ 1,66 atau 4 persen menuju US$ 39,70 per barel di New York Mercantile Exchange

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Mar 2016, 05:03 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali turun pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) karena data menunjukkan bahwa stok di Amerika Serikat (AS) terus meningkat dan produksi belum dikendalikan. Sebelumnya ada rencana untuk menahan produksi untuk menjaga penurunan yang lebih dalam harga minyak.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (24/3/2016), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Mei turun US$ 1,66 atau 4 persen menuju US$ 39,70 per barel di New York Mercantile Exchange. Presentase penurunan terburuk sejak 23 Februari lalu. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia, juga mengalami penurunan US$ 1,32 atau 3,2 persen menuju US$ 40,47 per barel di ICE Futures Europe.

The U.S. Energy Information Administration mengungkapkan bahwa dalam sepekan ini stok minyak mentah di AS bertambah 9,4 juta. Jumlah tambahan tersebut 3 kali di atas ekspektasi para analis. Selain itu, industri migas juga memperkirakan jumlah tambahan stok minyak di AS tidak akan mencapai jumlah tersebut.

Selama ini pelaku pasar menunggu penurunan stok minyak namun pada kenyataannya jumlah simpanan justru terus mengalami peningkatan. Harapan pelaku pasar sebenarnya pada bulan-bulan ini sudah terjadi peningkatan permintaan sehingga mendorong penurunan stok minyak.

Selain itu, di awal tahun ini pelaku pasar juga sedikit mendapat angin segar karena ada beberapa komitmen dari produsen minyak untuk menurunkan produksi. "Tetapi ternyata produksi masih tetap sama," jelas Wakil Presiden Tyche Capital Advisors LLC John Macaluso.

Dalam satu bulan terakhir memang harga minyak terus reli karena adanya beberapa harapan akan tingginya konsumsi dan juga rencana pengelolaan produksi. Rusia dan beberapa negara produsen utama minyak menggelar pertemuan untuk membekukan produksi.

Namun rencana tersebut belum terlaksana. Selain itu, data lebih berbicara saat pasokan minyak di dunia terus bertambah. Hal tersebut kembali menekan harga minyak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya