Liputan6.com, Bandung - Sosok kontroversial Tan Malaka kembali menuai polemik setelah pementasan tentang kisahnya dipaksa dibatalkan oleh ormas keagamaan di Bandung. FPI, salah satu perwakilan ormas keagamaan, menuding pementasan itu menyebarkan paham komunis.
Namun, Ahda Imran, penyair dan penulis naskah Monolog Tan Malaka: Saya Rusa Berbulu Merah menampik tudingan tersebut. Ia mengatakan Tan Malaka adalah salah satu tokoh penting yang berkontribusi besar untuk kemerdekaan Indonesia.
Menurut Ahda, aktualitas pemikiran Tan Malaka masih tetap ada hingga saat ini seperti ingin merdeka seratus persen. Tokoh yang memiliki nama lain Ilyas Hussein ini, kata Ahda, memiliki pemikiran soal komunis yang sangat tinggi.
"Fokus saya adalah mengangkat kisah perjalanan Tan Malaka yang bertautan dengan persoalan kekinian, kedaulatan ekonomi dan politik. Saya mengejar aktualitasnya," kata Ahda di Bandung, Selasa, 22 Maret 2016.
Diangkatnya Tan Malaka dalam sebuah pertunjukan monolog teater yang disutradarai oleh Wawan Sofwan itu, lanjut Ahda, dimaksudkan untuk mencari teladan dari orang-orang terdahulu.
Baca Juga
Advertisement
"Maksud saya adalah kita mencoba cari teladan dari orang-orang lama, setelah orang-orang besar sekarang tidak memberikan teladan apapun. Menghendaki kepentingan bangsa lebih penting dari pada kepentingan partai," ucap Ahda.
Aktor pemeran Tan Malaka, Joind Bayuwinanda mengaku langung menerima tawaran itu ketika dihubungi oleh Main Theatre. Sebelumnya, kata Joind, dia hanya tertarik dengan kalimat-kalimat ciptaan Tan Malaka.
Joind menyatakan sangat penting untuk generasi muda menyaksikan pertunjukan yang mengisahkan salah satu sosok penting Indonesia. Apalagi, kata dia, tidak banyak masyarakat saat ini yang mengenal sosok Tan Malaka.
"Ini penting ditonton orang-orang, dan saya yakin teman-teman mahasiswa di kampus tidak tahu siapa Tan Malaka. Karena setelah tonton teater ini, minimal dia tahu apa yang harus dilakukan untuk dirinya sendiri, keluarga, dan bangsa ini," ujar Joind.
Selama pemerintahan Soeharto, nama Tan Malaka dihapuskan dari sejarah Indonesia. Namun selepas Orde Baru, buku-buku yang membahas salah satu tokoh partai komunis itu pun kembali bermunculan.
Tan Malaka merupakan salah satu tokoh revolusioner yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pria kelahiran 2 Juni 1897 lalu di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, itu dikenal sebagai pemimpin komunis yang sangat berbeda dengan tokoh-tokoh komunis lainnya.
Tokoh komunis internasional itu dibuang dari Tanah Air serta hidup dalam pelarian karena menjadi orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial dan partai di berbagai negara di Asia. Karena kisah yang dialaminya itu, ia menganggap dirinya seperti seekor rusa yang selalu waspada karena selalu diburu.