Liputan6.com, Jakarta - Selasa, 22 Maret 2016, menjadi sejarah kelam bagi masyarakat Belgia dan seluruh Eropa. Pasalnya, ledakan berturut-turut terjadi di bandara Brussel dan stasiun kereta bawah tanah yang mengakibatkan 34 orang meninggal dan 230 lainnya luka-luka.
Dua ledakan beruntun di terminal keberangkatan Bandara Zaventem, Brussel, terjadi sekitar pukul 8.00, disusul dengan ledakan ketiga di stasiun subway Maalbeek pada pukul 09.19.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan laporan, ISIS diklaim menjadi dalang dibalik teror tersebut. Bahkan, kelompok tersebut telah melayangkan ancaman kepada Inggris.
Menanggapi tragedi tersebut, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, mengucapkan keprihatinannya.
"Saya turut berduka atas pengeboman di Brussel yang membuat banyak orang tak bersalah meninggal karena tragedi tersebut."
Dubes Galuzin yang ditemui di kediamannya di Jakarta, Kamis (24/3/2016), juga mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin turut mengungkapkan rasa belasungkawa atas tragedi tersebut.
Dubes Galuzin juga mengatakan bahwa Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan terorisme.
"Teror di Brussel dan Paris mencoba menggunakan Islam sebagai kedoknya. Namun Islam tidak ada kaitannya dengan terorisme karena merupakan agama perdamaian yang kami hargai," katanya.
"Terorisme merupakan kejahatan yang mengerikan dan ancaman untuk semua negara," ia menambahkan. Ia juga berkata bahwa Rusia akan bersatu untuk memerangi terorisme.