Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya agar Indonesia tidak mengalami krisis listrik. Karena itu, pemerintah menggenjot pembangunan pembangkit listrik. Sejumlah cara dilakukan seperti bekerjasama dengan pihak swasta untuk membangun pembangkit listrik.
Salah satunya proyek pembangkit listrik tenaga uap/PLTU Batang. Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), Batang, Jawa Tengah terus menunjukkan perkembangan. Pembangunan PLTU terbesar di ASEAN ini kini memasuki tahapan pra konstruksi pada akhir Maret 2016.
Advertisement
PLTU Batang berkapasitas 2X1.000 megawatt (Mw) merupakan proyek pembangkit listrik pertama dengan kerja sama pemerintah dan swasta (KPS). Nilai proyek tersebut mencapai US$ 4 miliar.
Pembangunan PLTU Batang ini memang tak mudah. Proyek yang digagas pada era pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini sempat mandek sekitar empat tahun. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun kembali meresmikan proyek PLTU Batang pada Agustus 2015.
Proyek tersebut berlokasi di Desa Ujungnegoro Kecamatan Kandeman dan Desa Ponowareng Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang ini digarap oleh PLN dan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). BPI ini merupakan konsorsium perusahaan asing dan lokal yaitu PT Adaro Indonesia dengan porsi saham 34 persen, J-Power sebesar 34 persen dan Itochu 32 persen.
Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) memberikan dukungan pendanaan untuk proyek tersebut. Pembangunan PLTU Batang diharapkan selesai 2020. Dengan kehadiran PLTU Batang tersebut juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik yang tumbuh sekitar delapan persen per tahun.
Lalu bagaimana dengan perkembangan pembangunan PLTU Batang? Apa saja keunggulan proyek PLTU Batang? Berikut ulasannya yang dirangkum pada Kamis (24/3/2016).
Bakal Jadi Daya Tarik Investor
Wakil Bupati Batang Soetadi menuturkan, manfaat keberadaan proyek PLTU Batang bukan hanya dirasakan masyarakat di kabupaten Batang, tetapi juga masyarakat Indonesia. Lantaran PLTU Batang akan berkontribusi untuk menambah pasokan listrik nasional.
Selain itu, ia juga mengharapkan PLTU Batang dapat berdampak langsung ke ekonomi Batang. Salah satunya mampu menarik lebih banyak investasi ke kabupaten tersebut.
"Penyelesaian PLTU ini sangat penting guna meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan investasinya di Batang. Iklim investasi yang positif dan kondusif akan berdampak sangat baik bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Menurut Soetadi, masyarakat perlu peka untuk menangkap peluang usaha yang tercipta dengan hadirnya PLTU ini. Dia mencontohkan, keberadaan PLTU Batang akan menimbulkan berbagai usaha pendukung aktivitas PLTU, baik jasa maupun barang.
“PLTU nantinya juga dapat menyerap tenaga kerja lokal, sehingga terjadi transfer ilmu dan keterampilan untuk masyarakat Batang, berbagai peluang usaha juga akan terbuka,” kata dia.
Masuk Tahap Pra Konstruksi
Proses pembangunan PLTU Batang mulai masuk tahapan pra konstruksi. PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku penanggungjawab pembangunan dan pengoperasioan pembangkit listrik itu melaksanakan prosesi terakhir pemagaran di area PLTU sebagai persiapan pelaksanaan konstruksi.
"Kami bersyukur dengan adanya dukungan berbagai pihak sehingga proses konstruksi dapat segera dilakukan. Seluruh proses pengadaan lahan juga telah terselesaikan dengan baik, bukan hanya untuk area pembangkit tetapi juga untuk gardu induk, dan jalur transmisi sepanjang 5,5 km juga sudah selesai seluruhnya," ujar Presiden Direktur BPI Mohammad Effendi.
Pengadaan lahan PLTU seluas 226 hektar (ha) seluruhnya juga telah selesai dilakukan. Proses konsinyasi lahan dilakukan dengan menerapkan Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2012 untuk 12,5 hektar (ha) sisa lahan PLTU yang sebelumnya mengalami hambatan dalam proses pembebasannya.
Dokumen hasil pembebasan lahan telah diserahkan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) kepada PT PLN (Persero) pada 8 Desember 2015. Sebagai tindak lanjut, PLN melakukan pemasangan papan informasi kepemilikan tanah PT PLN (Persero) pada 11 Januari 2016 di lokasi lahan yang telah dibebaskan tersebut.
Terkait isu lingkungan, Effendi mengatakan telah mendapatkan berbagai perizinan yang diperlukan termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang melibatkan para ahli di bidangnya.
"Kami telah melalui serangkaian proses sertifikasi dan perijinan. Proses penilaian AMDAL melibatkan para ahli yang melakukan sejumlah analisa dan kami menuangkan dalam dokumen AMDAL yang menjadi komitmen kami kepada masyarakat dan pemerintah. Pelaksanaannya juga terus dimonitor dan dievaluasi secara berkala," tutur dia.
Pakai Teknologi Mutakhir
Proyek PLTU Batang itu juga menggunakan teknologi canggih dan satu-satunya di Asia Tenggara. Teknologi itu disebut Ultra Super Critical yang diadopsi dari Jepang.
"Tapi di negara lain belum ada. Teknologinya dari Jepang. Kalau di Asia Tenggara sepengetahuan saya belum pernah ada," kata Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) Mohammad Effendi.
Effendi menjelaskan, teknologi itu menghasilkan temperatur pembakaran batubara yang lebih tinggi dibandingkan teknologi pembakaran pada umumnya. Dengan demikian, kapasitas listrik yang dihasilkan lebih besar namun penggunaan batubaranya lebih efisien.
"Karena teknologi untuk bikin 1 unit 1.000 itu harus dilakukan reviewing kemudian berdasarkan pengalaman di lapagan baru timbul 1 unit 1000. Dan ini disebut Ultra Super Critical. Selama ini, ini yang paling tinggi yang pernah dibangun adalah Super Critical," kata dia.