Review Abdullah v Takeshi: Humor Nakal Soal Putra yang Tertukar

Dalam Abdullah v Takeshi, Kemal Palevi bertugas sebagai aktor, penulis, sekaligus sutradara.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 26 Mar 2016, 02:00 WIB
Dalam Abdullah v Takeshi, Kemal Palevi bertugas sebagai aktor, penulis, sekaligus sutradara.

Liputan6.com, Jakarta Sekarang adalah masa jayanya para komika. Tak cuma di acara stand up comedy, wajah mereka bolak-balik muncul di sejumlah acara televisi. Bahkan sejak Comic 8 meledak, film-film yang menampilkan para komika ini terus bermunculan.

Bahkan terakhir, para komika mulai pede membuat film sendiri. Dimulai dari Raditya Dika dengan Single, Ngenest dari Ernest Prakasa, dan terakhir adalah Abdullah v Takeshi dari Kemal Palevi yang baru saja rilis pada Kamis, (24/3/2016).

Abdullah v Takeshi (YouTube)

Dari judulnya, sudah terlihat bahwa Abdullah v Takeshi adalah ‘bentrokan’ individu dari dua budaya berbeda, Arab dan Jepang. Twist dalam film ini, Abdullah (Dion Wiyoko) adalah seorang anak muda dengan wajah oriental, sementara Takeshi (Kemal Palevi) berwajah Timur Tengah. 

Ya, keduanya adalah putra yang tertukar. Nasib mempertemukan mereka kembali dalam sebuah kampus yang sama dan bertemu Indah (Nasya Marcella), yang sama-sama mereka taksir. Indah pula yang menjadi kunci pembuka rahasia tertukarnya Abdullah dan Takeshi. 

Ketika bertandang ke kantor Liputan6.com beberapa waktu lalu, Kemal Palevi sudah memastikan bahwa ia akan jauh-jauh dari humor slapstick, yang menurutnya lebih cocok ditinggal di masa lalu. Dan hal itu, memang benar-benar ia lakukan dalam Abdullah v Takeshi yang sisi lucunya lebih banyak bersumber dari kekuatan skenario. 

Cuplikan film Abdullah v Takeshi (YouTube)

Humor dalam film ini, banyak mengangkat guyonan tentang pangkal paha pria sebagai humor yang berkelanjutan, alias  running jokes. Humor jenis ini, memang nakal dan mudah memancing tawa. Namun bila digunakan berlebihan, rasanya malah akan menjadi tawar. Untungnya, Kemal tak menjadikan ini sebagai satu-satunya sumber humor dalam filmnya.

Kemal juga banyak mengeksplorasi stereotip kelompok-kelompok tertentu dalam bahan lawakannya. Bahwa orang Arab dan Jepang memiliki gaya bicara dan ukuran ‘anu’ tertentu. Bahwa orang gemuk makannya rakus, atau lelaki—sesoleh apa pun—selalu memikirkan urusan seks.

Yang menarik justru penggambaran Toni, satu karakter pendukung dengan wajah yang berasal dari wilayah Timur Indonesia. Tokoh yang dimainkan komika Abdur Arsyad ini tidak digambarkan layaknya orang dari daerah tertinggal--stereotip yang sayangnya masih lekat dengan daerah Timur Indonesia. Tokoh ini, diposisikan sederajat dan sama bandelnya dengan karakter lain dalam film ini. 

Abdullah v Takeshi (YouTube)

Mengingat dalam film ini Kemal Palevi memegang tiga tugas sekaligus, yakni sutradara, penulis, dan pemain, sebenarnya mudah saja baginya untuk tampil begitu menonjol dalam film ini. Namun, bukan jalan itu yang ia pilih.

Kemal memilih untuk berbagi kelucuan dengan para pemain lainnya. Tak hanya dengan Dion Wiyoko yang memainkan Abdullah, namun hingga peran pendukung film ini. Seperti Mike Lucock dan Natalie Sarah yang memerankan orangtua Abdullah, misalnya. Hampir semua memiliki momen bersinarnya sendiri.

Kemal Palevi membintangi, menyutradarai sekaligus menulis skenario Abdullah v Takeshi (YouTube)

Sayangnya, justru peran Kemal sebagai Takeshi menjadi kurang bersinar dalam film ini. Justru lawan mainnya, Dion Wiyoko, yang lebih menonjol karena banyak memancing tawa penonton. Selain itu, yang harus diperhatikan dalam film ini, adalah pacing dalam film ini yang terasa tidak konsisten, terutama di bagian akhir film. Konklusi film, terasa begitu mendadak dan terasa instan.

Ada satu hal lain dari film ini yang patut diapresiasi, yakni keberanian Kemal memasukkan adegan emosional yang memiliki atmosfer serius ke dalam film komedi ini. Ini, tak merusak ritme film, justru memperkaya nuansa dalam Abdullah v Takeshi.

Dion Wiyoko dalam Abdullah v Takeshi (YouTube)

Kesimpulannya, Abdullah v Takeshi bisa dipilih bila Anda menginginkan satu tontonan ringan yang menghibur. Yang patut diingat, kentalnya humor dewasa dalam film ini membuat Anda sebaiknya tidak membawa anak-anak untuk ikut menonton film ini bersama Anda. (Rtn/fei)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya