Liputan6.com, Jakarta - Legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff menghembuskan napas terakhir, Kamis (24/3/2016) di Barcelona. Ikon Timnas Belanda di era 1970-an ini menyerah melawan kanker paru-paru yang menggerogoti tubuhnya.
Kepergian Cruyff meninggalkan kenangan besar, tidak hanya di Eropa tetapi juga di Indonesia. Ya, pria 68 tahun ini pernah melawat ke Indonesia bersama Washington Diplomats pada 1980 melawan PSSI Utama di SUGBK pada (24/11/1980).
Ketika itu, Cruyff bersua bintang-bintang Indonesia seperti (alm) Ronny Pattinasarany dan (alm) Iswadi Idris. Pada pertandingan tersebut, Diplomats Washington memetik kemenangan dengan skor 2-0. Gol pertama disumbangkan Mario Luna memanfaatkan bola rebound, kiper Purwono. Washington menambah gol melalui Thomas Ronjin. Dia memanfaatkan gol Jose Luzano.
Baca Juga
- Bali United Susah Payah Tekuk Persipura
- Sunarto Pimpin Arema ke Semifinal
- Jalan Terjal Leicester di Penghujung Liga Inggris
Advertisement
Berita tersebut ditulis AFP sebagaimana dilansir dari newspapers.nl.sg. Meski Cruyff tidak menyumbangkan gol dalam pertandingan ini, pahlawan Belanda di Piala Dunia 1974 ini mengendalikan permainan.
Kini, berita tersebut menjadi memorabilia bagi Cruyff dan masyarakat Indonesia khususnya. Kamis, (24/3/2016) Cruyff menghembuskan napas terakhir karena kanker paru-paru yang menggerogoti tubuhnya.
Kecanduan terhadap rokok menjadi pemicu penyakit tersebut. Betapa tidak, Cruyff sempat menghabiskan 20 batang rokok sehari. Kebiasaan buruk itu ternyata sudah dimulai sejak dia masih remaja. Bahkan, ketika masih bermain, Cruyff tidak sungkan merokok di depan pelatihnya. Saat melatih, rokok tidak pernah lepas dari bibir Cruyff sekalipun mendampingi tim di bench.
Peringatan akan bahaya merokok sebenarnya sudah didapatkan Cruyff. Pada 1991 lalu, sang pemain menjalani operasi jantung karena rokok. Ketika itu, dokter meminta untuk berhenti merokok dan beristirahat. Hingga, dia divonis menderita kanker paru-paru pada Oktober 2013 lalu.