Cegah Suku Uighur Masuk Poso, Kapolri Minta Perketat Perbatasan

Agar suku Uighur tak gabung kelompok Santoso, kata Badrodin, perlu kerja sama sistem pengawasan dengan negara-negara tetangga.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 28 Mar 2016, 15:04 WIB
Tidak adanya suplai logistik membuat kelompok teroris Santoso kelaparan dan terjepit (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menginstruksikan seluruh jajarannya untuk lebih mengawasi perbatasan di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini untuk mencegah masuknya suku Uighur ke Poso, Sulawesi Tengah dan bergabung dengan kelompok teroris pimpinan Santoso.

"Justru kita lakukan pengetatan razia-razia pintu masuk di wilayah Poso, itu yang harus kita galakkan," kata Badrodin di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Senin (28/3/2016).

Selain pengetatan di perbatasan dan pintu masuk wilayah Poso, kata Badrodin, diperlukan juga kerja sama sistem pengawasan dengan negara-negara tetangga, seperti Tiongkok, Malaysia, dan Filipina. Sebab negara-negara itu berbatasan langsung dengan Sulawesi.

"Kita tahu orang Uighur di Malaysia juga banyak, ribuan di sana. Itu kita tidak tahu apakah mereka termasuk kelompok garis keras atau bukan. Tentu itu perlu kerja sama dengan kepolisan negara lain, seperti kepolisian Malaysia," ungkap Badrodin.

Badrodin juga tak memungkiri ada sejumlah suku Uighur bergabung dengan kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Namun untuk perannya, ia mengaku belum tahu. Yang pasti, kata Badrodin, mereka ikut membantu Santoso cs bertempur.

"Kami tidak tahu tapi mereka sama-sama ada di Poso hutan situ, mereka juga bergabung dengan kelompok itu, angkat senjata juga mereka," tandas Badrodin.


Berafiliasi ke ISIS

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Tito Karnavian mengakui kelompok teroris terus berkembang di Indonesia. Bahkan tak sedikit keterlibatan warga negara asing (WNA) dari Suku Uighur, China, yang bergabung dengan kelompok radikal di Indonesia.

Menurut mantan Kapolda Metro Jaya ini, kelompok dan sel-sel terorisme itu semuanya berafiliasi di bawah ISIS. Mereka ingin membentuk kekhalifahan secara global di bawah pimpinan ISIS.

‎"ISIS ini mirip seperti Al-Qaeda dulu, mereka memiliki jaringan. Tujuan mereka bukan melakukan tujuan lokal di Suriah atau Irak saja, tapi membentuk kekhalifahan versi mereka, versi dunia dipimpin oleh ISIS," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin 21 Maret 2016.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya