Liputan6.com, Afrika Selatan - Membawa senjata api, mengenakan topi dengan tangan di kepala, seorang pekerja satwa liar tampak menyembunyikan kesedihan setelah mendapati 3 badak dibunuh pemburu liar untuk cula mereka.
Salah satu pekerja menggambarkan pembantaian di Afrika Selatan sebagai hari terburuk mereka. Dua badak bercula ditemukan mati pada hari Kamis 24 Maret 2016.
Dokter hewan di lokasi berusaha selamatkan badak yang ketiga bernama Bingo, namun gagal dan mati kemarin malam akibat luka-luka parah yang dideritanya.
Sementara itu, dua anak badak berusia 11 bulan yang masih menyusui harus dikirim ke penampungan hewan karena belum bisa mengurusi dirinya sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip, Dailymail, Senin (28/3/2016), permintaan dan harga cula badak dalam beberapa tahun ini telah mengalami peningkatan signifikan untuk keperluan medis, khususnya di Asia.
Hal ini telah menyebabkan pemburuan cula badak di negara-negara Afrika. Menurut catatan jumlah badak putih selatan hanya tersisa 20.000 di seluruh benua.
Bangkai kedua badak ditemukan di Sibuya Game Reserve oleh pemiliknya, Nick Fox di propinsi Eastern Cape.
"Para pemburu yang melakukan pembantaian adalah profesional, mereka merupakan sindikat yang memiliki beragam sumber daya. Jika pemburuan ingin dihentikan, kami akan memerlukan pasukan unit badak yang lebih baik dan khusus," katanya.
Kematian ketiga badak datang ketika Pangeran Williams -- presiden United for Wildlife -- tengah melakukan kampanye terhadap penyeludupan bagian tubuh hewan-hewan yang terancam punah untuk keuntungan.
Namun, sang pangeran belum lama ini mendapatkan kritikan setelah melakukan klaim bahwa ada lokasi di Afrika di mana para pemburu bisa berburu untuk hiburan semata.