Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 10 warga negara Indonesia (WNI) diduga disandera kelompok Abu Sayyaf saat melaut. TNI AL siap membantu pemerintah untuk operasi pembebasan para sandera.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Kolonel Laut (P) Edi Sucipto, mengatakan sejauh ini belum ada instruksi pemerintah untuk melakukan operasi pembebasan sandera.
"Namun pada prinsipnya kami siap membantu," kata mantan prajurit pasukan khusus antiteror Detasemen Jalamangkara (Denjaka) ini, saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (29/3/2016).
Menurut Edi, saat ini tidak ada penebalan personel atau penjagaan di wilayah laut di Sulawesi. Patroli rutin pun tetap dilakukan seperti biasa.
Sampai saat ini ada empat Kapal Republik Indonesia yang berjaga. Yaitu, KRI Ajak, Mandau, Surabaya, dan Ahmad Yani.
Baca Juga
Advertisement
"Selain itu ada dua tim Pasukan Katak yang ada di sana. Ini bukan karena ada kejadian, tapi memang rutin di sana," kata Edi.
Disinggung mengenai titik penculikan berada di laut mana, Edi mengaku belum mengetahui rinci kejadian tersebut. "Nanti tanyakan ke Bakamla," uajr Edi.
Minta Tebusan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir menyatakan pembajak kapal berbendera RI Anand 12 meminta tebusan uang tebusan. Kapal tersebut merupakan satu dari dua kapal yang dibajak di perairan Filipina.
Pria yang kerap disapa Tata ini mengatakan di dalam kapal tersebut setidaknya ada 10 WNI. Tuntutan untuk membebaskan kapal dan para WNI sudah dua kali dikeluarkan oleh para pembajak.
"Dalam komunikasi melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak atau penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan," kata Tata, Selasa (29/3/2016).
"Sejak 26 Maret, pihak pembajak sudah dua kali menghubungi pemilik kapal," sambung dia.
Tata menegaskan, pembebasan kapal serta WNI tengah menjadi prioritas Kemenlu.
"Prioritas saat ini adalah keselamatan 10 WNI yang disandera. Pihak perusahaan sejauh ini telah menyampaikan informasi tersebut kepada keluarga 10 awak kapal yang disandera," kata dia.
Kabar yang berkembang, semua kru telah dibawa ke darat oleh kelompok Abu Sayyaf. Mereka meminta uang tebusan 50 juta peso atau setara Rp 14 miliar. Saat ini, sedang dilakukan negosiasi oleh pihak perusahaan dengan Kelompok Abu Sayyaf.
Sementara itu, Kapten kapal, pelaut dari Sangihe Indonesia, Peter Tonsen Barahama, tak bisa dikontak.