Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi angkat bicara soal pembajakan 2 kapal berbendera Indonesia. Diduga kuat penyandera kapal pembawa batu bara ini adalah kelompok ekstrimis Filipina, Abu Sayyaf. Pernyataan ini datang setelah sang pemilik kapal menerima telepon dari orang yang mengaku menyandera kapal.
"Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf," kata Retno di kantor Kemlu.
Sebelumnya, para pelaut asal Sangihe, Sulawesi Utara, melaporkan mereka kehilangan rekan-rekannya dari Kapal Tugboat Brahma 12 yang dinakhodai Peter Tonsen Barahama. Sampai saat ini, sang kapten tak dapat dihubungi rekan sesama pelaut.
"Sampai saat ini Opo (panggilan akrab Peter Tonsen) belum bisa dihubungi," ujar Welmy Loway, seorang pelaut asal Sangihe.
Baca Juga
Advertisement
Welmi bersama sejumlah pelaut meminta agar pihak terkait seperti Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Daerah Sangihe, dan Pemerintah Daerah Sitaro segera mengecek dan membantu membebaskan kapten kapal bersama kru lainnya.
Menurut Wilson, berita ini tersebar pertama kalinya pada Senin 28 Maret 2016. Sebab, akun media sosial milik beberapa warga yang berprofesi sebagai pelaut menuliskan, mereka kehilangan teman-teman mereka di salah satu kapal yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Kapal Tugboat Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara serta 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia hilang kontak. Mereka disandera kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf.
Belakangan Abu Sayyaf dikabarkan meminta uang tebusan 50 juta peso atau setara Rp 14 miliar. Saat ini, sedang dilakukan negosiasi oleh pihak perusahaan dengan kelompok Abu Sayyaf.