Liputan6.com, New York - Wall Street melonjak dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah setelah Gubernur Bank Sentral AS (THe Federal Reserve/The Fed) Janet Yellen mengisyaratkan bahwa bank sentral tetap akan mewaspadai rencana untuk menaikkan suku bunga karena tanda-tanda pemulihan ekonomi AS belum terlihat benar dan perlambatan ekonomi Global masih terlihat.
Mengutip Bloomberg, Rabu (30/3/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) naik 07,72 poin atau 0,56 persen ke level 17.633,11. Standard & Poor 500 menguat 17,96 poin atau 0,88 persen ke angka 2.055,01 dan Nasdaq terdongkrak 79,84 poin atau 1,67 persen ke level 4.846,63.
Indeks Standard & Poor 500 melonjak ke level tertinggi dalam 2 pekan terakhir dan mencoba untuk menghapus kerugian yang telah dicetak pada tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Penguatan indeks di Wall Street tersebut terjadi setelah Yellen mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih terlalu lambat untuk mengambil keputusan kembali menaikkan suku bunga atau melakukan pengetatan kebijakan moneter.
Pernyataan dari Yellen tersebut juga langsung mempengaruhi nilai tukar dolar AS. Berkebalikan dengan Wall Street yang menguat, dolar AS justru melemah. Rencana menahan suku bunga membuat daya tarik dolar AS di mata investor turun.
Chief Investment Officer Philadelphia Trust Co Richard Sichel mengatakan, pernyataan Yellen menjadi dasar bahwa The Fed akan sangat berhati-hati untuk melanjutkan kebijakan moneter dan pasar merasa nyaman dengan langkah yang diambil Yellen tersebut.
"Tidak ada kejutan dalam pernyataan Yellen. Selanjutnya perhatian pelaku pasar akan beralih ke laporan keuangan untuk melihat kinerja dari para eminten." jelas dia.
Kepala Analis TD Ameritrade Holding Corp Joe Kinahan menjelaskan, pernyataan yang diungkapkan oleh Yellen ini sangat berseberangan dengan pernyataan sebelumnya yang diungkapkan oleh beberapa gubernur The Fed lainnya. "Ternyataan Yellen ini mengukuhkan bahwa mereka tidak akan melakukan sesuatu yang tidak terduga," jelas dia. (Gdn/Zul)