Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi global yang tidak stabil tentunya turut mempengaruhi Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencatat ada dua tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia saat ini yaitu keterbukaan dan kompetisi.
"Keterbukaan itu tidak bisa ditolak lagi. Seperti kondisi APBN kita tahun lalu, penerimaan tahun kemarin banyak yang ragu, dan itu semua orang-orang tahu angka-angkanya tidak bisa dihadapi," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya di acara Dialog Publik `Membangun Ekonomi yang Berdaya Saing` di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Menurut Jokowi, era keterbukaan akan lebih dratis lagi terjadi pada 2018, saat itu semua bank intenasional akan lebih terbuka sehingga data nasabah bank bisa diakses.
"Bapak simpan yang di Singapura berapa triliun, kita akan tahu. Di Swiss berapa miliar kita semua akan tahun," paparnya.
Baca Juga
Advertisement
Hal lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah efek dari era digital yang serba cepat seperti sekarang ini. Perkembangan sosial media dan digital ekonomi juga tidak bisa dihambat lagi.
Aplikasi-aplikasi baru lahir setiap hari seperti GoJek, Uber, Bukalapak, dan Traveloka. Saking cepatnya, pemerintah terkadang terlambat menerbitkan regulasi.
"Semua ini akan lebih cepat lagi yang berkaitan dengan digital ekonomi," paparnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, kompetisi global juga tidak bisa dihindarkan dan harus dihadapi dengan penuh hati-hati.
"Misalnya kita masuk ke TPP bloknya Amerika atau EFTA bloknya Uni Eropa, itu kita harus hitung dapat keuntungan atau kerugian. Karena apapun kepentingan nasional yang harus kita utamakan."
Saat ini Indonesia juga menghadapi persaingan bebas di Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jangan sampai Indonesia terlena dan tertinggal sebab negara lain juga terus bersiap untuk memenangkan persaingan.
"Kalau ketemu pemimpin negara, kami foto gandengan-gandengan gini, tapi sebetulnya mereka saingan kita," tuturnya.
Jokowi berpesan menghadapi kompetesi global, Indonesia tidak usah takut ragu dan khawatir. "Karena tidak ada pilihan lain kita harus masuk ke situ. Hanya bagaimana kita bisa menangkan kompetensi itu agar tidak jadi pecundang," terangnya. (Yas/Ndw)