Liputan6.com, Brussels - Kasus salah tangkap pria 'bermantel putih’ yang awalnya dispekulasikan sebagai dalang dibalik teror Belgia menuai kritikan masyarakat luas. Dengan dibebaskannya Faycal Cheffou oleh pihak kepolisian, kualitas otoritas dan badan intelijen setempat pun akhirnya dipertanyakan.
Menteri Hukum Belgia, Koen Geens menanggapi kritik masyarakat yang mempertanyakan kompetensi badan hukum di negara tersebut. Menteri Geens menjelaskan bahwa memang betul negara-negara kecil di Eropa masih menjadi sasaran empuk bagi para teroris.
Namun ia lanjut menjelaskan bahwa badan hukum di negara-negara setempat belum sepenuhnya terlatih untuk mengatasi isu terkait terorisme.
Baca Juga
Advertisement
“Setelah serangan di Paris, kami mengadopsi 12 metode dan hanya 11 yang berhasil kami lakukan di lapangan. 1 metode yang kita gagal lakukan adalah mencari hubungan atau keterkaitan satu kriminal dengan yang lainnya dalam database kami,” Menteri Geens mengatakan pada tanggal 29 Maret 2016, dikutip dari nbcnews, Rabu (30/3/2016).
“Kita boleh mengkritik bagaimana cara kita bekerja di masa lalu, namun tetap harus dihargai. Kita tidak bisa begitu saja menilai bahwa kesalahan yang dibuat skalanya besar,” ia menambahkan.
Tidak hanya badan hukum negara setempat, walikota Brussel, Yvan Mayeur juga menjadi target kritik masyarakat. Kritikan terus membanjirinya bahkan sebelum teror bom di Belgia.
Menurut Mayeur, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar teror di Eropa direncanakan atau dikordinasikan di Brussel. Terlebih, beberapa tersangka kasus teror telah teridentifikasi sebagai warga negara Belgia.
Dengan kasus yang terjadi di Paris, wajar apabila pemerintah Belgia diharapkan bisa lebih waspada akan individu atau pergerakan dalam negeri yang mencurigakan.
“Tentunya kita harus melakukan analisa lebih jauh. Kita harus cari tahu salah kita dimana, kelalaiannya juga dimana. Kota yang merupakan markas besar dari institusi Uni Eropa ini tidak akan pernah kembali normal lagi,” kata Mayeur, dikutip dari timesofmalta.
Sebelumnya, pihak kepolisian menangkap seorang pria bernama Faycal Cheffou yang beberapa hari kebelakang dikaitkan dengan pria 'bermantel putih'. Namun, profil Cheffou dinyatakan jauh berbeda dengan dalang teror Belgia yang menewaskan 34 orang dan melukai 300 lainnya.
Polisi menyatakan Cheffou tak bersalah atau setidaknya tidak cukup bukti untuk menahannya. Lalu membebaskannya pada Senin 28 Maret lalu.