Liputan6.com, Jakarta - Perlahan tapi pasti, pesona BlackBerry telah tergerus oleh rivalnya di pasar smartphone, seperti Apple dan Samsung. Kendati tak lagi berjaya di bisnis hardware, BlackBerry diprediksi berpeluang menjadi perusahaan software yang menguntungkan.
Dilansir Phone Arena, Kamis (31/3/2016), analis TD Securities Daniel Chan meyakini bahwa perjuangan BlackBerry sebagai manufaktur hardware telah habis.
Terlebih lagi, perusahaan juga gagal mengumumkan handset Android murah besutannya di ajang Mobile World Congress (MWC) pada bulan lalu.
Baca Juga
Advertisement
Kegagalan tersebut, kata Chan, memberikan sinyal bahwa BlackBerry mulai menarik diri dari bisnis hardware. Ditambah tidak ada kabar lagi dari BlackBerry mengenai produk terbaru sejak Chief Executive Officer (CEO) John Chen, yang Januari lalu mengatakan akan ada perangkat Android pada akhir tahun ini.
Tak hanya dari sisi hardware, dukungan terhadap BlackBerry juga mulai berkurang pasca-Facebook mencabut aplikasinya dari BlackBerry 10 dan disusul WhatsApp pada tahun ini.
Melihat beberapa peristiwa yang terjadi, Chan yakin jika BlackBerry dapat benar-benar lepas dari industri hardware, maka ada peluang besar menjadi perusahaan software menguntungkan. Perusahaan asal Kanada itu diprediksi dapat mengantongi pendapatan sebesar US$ 1,4 miliar dengan margin keuntungan 33 persen.
Selain itu, kata Chen, BlackBerry bisa menghemat anggaran Research and Development (R&D) sebesar 50 persen.
"Dengan melepas hardware, BlackBerry bisa berada di tempat yang lebih baik dari pada saat ini," ungkapnya.
(Din/Isk)