Biaya Produksi Pembangkit Berbahan Bakar Gas Lebih Murah dari BBM

Selain lebih murah, menggunakan BBG membuat pembangkit jauh lebih bersih.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 30 Mar 2016, 18:28 WIB
Kelima pembangkit tersebut yaitu PLTU Sumsel 8 2x600 MW, PLTU Sumsel 9 2x600 MW, PLTU Sumsel 10 1x600 MW, PLTU Batang 2x1.000 MW, dan PLTU Indramayu 1x1.000 MW. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mendapatkan manfaat dari penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Manfaat yang didapat antara lain berupa penghematan.

Manajer Senior Public Relations PLN Agung Murdifi mengatakan, biaya produksi listrik dari pembangkit yang menggunakan sumber energi Bahan Bakar Gas (BBG) lebih‎ murah ketimbang Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Pada kondisi harga minyak di atas US$ 45  per barel, gas lebih murah," kata Agung saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (30/3/2016).

Agung mencontohkan skema harga penggunaan gas. Saat harga minyak US$ 100 per barel maka biaya operasi pemakaian energi gas sekitar Rp 1.500 per kilo Watt hour (kWh). Sedangkan biaya pembangkit listrik menggunakan BBM sekitar Rp 2.700 per kWh‎.

Selain lebih murah, lanjut Agung, menggunakan BBG untuk pembangkit jauh lebih bersih. Sehingga mesin pembangkit tidak cepat kotor‎ dan menghemat biaya pemeliharaan dan operasi pembangkit.


‎"Gas lebih bersih, sehingga mesin enggak cepat kotor, sehingga pemeliharaan lebih jarang jadi hemat di operation maintenance," tutur ‎Agung.

Sebagai perusahaan pemasok gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) siap mengalirkan gas ke pembangkit listrik, khususnya pada program kelistrikan 35 Ribu Mega Watt (MW).

PGN menyiapkan infrastruktur gas bumi yakni fasilitas Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Lampung untuk mendukung kehandalan pasokan gas bumi di wilayah Barat dan wilayah Tengah Indonesia, yang salah satu konsumen adalah sektor kelistrikan.

Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup‎ mengatakan, selain untuk memenuhi kebutuhan gas bumi bagi pelanggan eksisting seperti industri, komersial, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan rumah tangga, keberadaan FSRU Lampung juga untuk mendukung sektor kelistrikan‎ memasok bahan bakar gas ke pembangkit.

Bahkan FSRU tersebut siap memasok gas ke pembangkit yang masuk dalam program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW).

“FSRU Lampung siap untuk mendukung proyek listrik 35.000 megawatt (MW) yang digagas Presiden Joko Widodo, utamanya yang berada di Jawa bagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan,” ungkap Heri.

Heri Yusup menerangkan,  FSRU Lampung berperan sebagai terminal penerima gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dan memiliki fasilitas regasifikasi (mengubah gas bumi cair ke dalam bentuk cair ke gas).

Untuk memperkuat pasokan gas‎, PGN juga mengembangkan kapal mini LNG ( Mini LNG Sea Transportation) yang akan membawa LNG dari FSRU Lampung ke pembangkit listrik yang berada di berbagai pulau antara lain di sekitar Sumatera, Kalimantan dan wilayah lainnya.

Heri mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian ESDM, dalam proyek listrik 35 ribu MW, sekitar 13.432 MW pembangkit listrik akan menggunakan bahan bakar gas. Total gas yang diperlukan sekitar 1.009 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Pembangkit tersebut diantaranya, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di proyek listrik 35 ribu MW, antara lain PLTGU Jawa1 1.600 MW, PLTGU Jawa-Bali 3 Peaker 500 MW, PLTGU Muara Karang (peaker) 500 MW, PLTGU Jawa 2 (Tanjung Priok) 800 MW, PLTMG Belitung V 30 MW, PLTMG Bangka Peaker 100 MW, PLTMG Tanjung Pinang II 30 MW, PLTMG Bengkalis 18 MW, PLMG MPP Kaltim 30 MW, PLTGU Sulsel Peaker 450 MW dan lainnya. (Pew/Nrm)



Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya