Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei lembaga riset dan konsultan politik Charta Politika Indonesia memperlihatkan kandidat cagub Basuki Tjahja Purnama (Ahok) masih terlalu kuat untuk dikalahkan oleh para pesaingnya.
Dalam survei itu Ahok mengalahkan kandidat cagub yang juga cukup populer dan memiliki modal personalnya yang kuat, yakni Yusril Ihza Mahendra.
Tidak hanya Yusril yang kalah, elektabilitas Ahok juga jauh melampaui Calon dari partai Gerindra, Sandiaga Uno. Prosentase elektabiltas sebesar 1,5 persen yang diraih Uno sangat jauh bila dibandingkan dengan prosentase elektabiltas Ahok yang mencapai 51,8 persen.
Menurut Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya, gerakan penggalangan dukungan yang dilakukan sejumlah calon lainnya, masih belum memberikan hasil yang baik.
Termasuk elektabiltas Sandiaga yang akhir-akhir ini terlihat gencar melakukan gerakan simpatik. Tapi hal itu masih jauh untuk dapat mengalahkan Ahok nantinya.
"Terbukti sampai survei berakhir, kegiatan politik Sandiago belum mampu mendongkrak elektabiltasnya," kata Yunarto di Kantornya, Jalan Cisanggiri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menurut pengamat politik yang akrab disapa Toto ini, elektabiltas tidak bisa begitu saja mudah didapat meskipun si kandidat sudah populer. Begitu juga Sandiaga Uno yang sosok kader Gerindra itu yang belum dikenal baik dan memberikan kontribusi yang berdampak pada peningkatan elektabiltasnya.
"Sandiaga hanya terkenal di segmen tertentu saja. Dari survei elektabiltas top of mind atau tanpa disebutkan nama dia hanya peroleh 1,5 persen. Ini jadi PR besar untuk Sandiaga," kata Toto.
Toto juga menyoal latar belakang Sandiaga sebagai pebisnis belum tentu dipilih masyarakat DKI. Sebab rasionalitas pemilih DKI lebih cendrung pada figur dan karakter.
"Pemilih DKI punya pertimbangan sendiri dan termasuk pemilih cerdas. Mereka lebih melihat figur persoanalnya. Terbukti Jokowi bisa kalahkan Prabowo dari kalangan militer meski dia juga banyak disukai oleh rakyat Indonesia," kata Toto.
Survei ini dilakukan pada 15-20 Maret 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner terstruktur. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 400 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi dan Kepulauan seribu.
Survei ini menggunakan metode bertingkat (Multistage random sampling) dengan tingkat kesalahan (marging of Error) 4,9 persen pada tingkat kepercayaan.
Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Letjen (purn) Nono Sampono yang sempat namanya ikut meramaikan pilkada DKI Jakarta periode sebelumnya, menilai Sandiaga Uno, dinilai kurang serius mencalonkan diri menantang incumbent.
Nono juga mengatakan, harus Gerindra bisa lebih jeli dalam melihat calon yang diusungnya. Karena, kata Nono, jika dibanding Yusril saja, Sandiaga masih kalah.
"Yusril Ihza Mahendra merupakan penantang terkuat Ahok. Karena ada nilai tambahnya. Dia bekas menteri dan dia ketua umum partai," kata Nono.