Liputan6.com, Palembang - Drama pembajakan yang terjadi pada Pesawat Garuda DC-9 Woyla dimulai pada tanggal 28 Maret hingga 31 Maret 1981.
Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia diserang oleh teroris yang bermotif 'jihad'.
Advertisement
Pelakunya 5 orang teroris bersenjatakan pistol revolver yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, yang mengatasnamakan diri sebagai Komando Jihad (KJ).
Dipimpin oleh Laksamana Sudomo yang bertindak sebagai Wakil Panglima ABRI kala itu, rencana penyelamatan sandera pun langsung dilakukan.
Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha) embrio dari Kopassus langsung ditugaskan untuk segera menggelar operasi penyelamatan.
2 berita lainnya yang tak kalah menyita perhatian para pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News adalah berita tentang persiapan pasukan elite AL dalam pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf dan penantian para keluarga WNI menunggu kabar dari perompak Abu Sayyaf.
Berikut berita terpopuler sepanjang Rabu (30/3/2016), yang dirangkum dalam Top 3 News:
1. Mengenang Kehebatan Embrio Kopassus di Pembebasan Sandera Woyla
Sabtu, 28 Maret 1981, pukul 10.10 WIB, baru saja Kapten Pilot Herman Rante yang menerbangkan Pesawat DC-9 Woyla milik maskapai Garuda Indonesia lepas landas dari Pelud Sipil Talang Betutu, Palembang, Sumatera Selatan.
DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55 WIB.
Di dalam pesawat itu terdapat, 33 penumpang dari Jakarta dan 15 penumpang tambahan dari Palembang saat transit. Jadi total 48 orang di dalamnya ditambah 5 kru pesawat tersebut (2 kru kokpit dan 3 kru kabin).
Namun, tiba-tiba dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka. Berbekal senjata api jenis pistol revolver, salah satu orang itu langsung menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Satunya lagi berdiri di gang antara tempat-duduk penumpang pesawat.
"Jangan bergerak, pesawat kami bajak," teriak pria itu sambil menodongkan pistol ke arah co-pilot Hedhy Juwantoro yang akan ikut menerbangkan pesawat menuju Bandara Polonia, Medan, Sumatera Utara.
2. Menanti Kabar dari Perompak Abu Sayyaf
Hari Yola (29) seketika menjadi kelabu. Kegembiraannya mendengarkan suara sang suami dari telepon, tiba-tiba menjadi duka. Alvian Alvis Petty, suaminya, mengabarkan soal kondisinya. Pria yang bekerja di Kapal Brahma 12 itu memberitahu tengah disandera oleh perompak.
"Saya pertama kali tahu Minggu (27 Maret 2016) pagi jam 10-an dihubungi dia langsung. Dia bilang kapalnya lagi dibajak, dia minta untuk jangan panik," kata Yola di Jakarta Utara, Selasa 29 Maret 2016.
Perempuan yang tinggal di Jalan Swasembada Barat 17 Nomor 25 RT 03 RW 03, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara ini menuturkan sang suami bercerita perompak tersebut minta uang tebusan.
3. Bebaskan WNI Sandera Abu Sayyaf, Pasukan Elite AL Siapkan Kapal
Pasukan elite Angkatan Laut Detasemen Jalamengkara (Denjaka) dan kapal perang disiapkan untuk membebaskan 10 WNI awak kapal Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan, jajarannya menerima komando dari Panglima TNI untuk menyiapkan kapal.
Menurut dia, strategi pembebasan sandera sudah disiapkan Panglima TNI. Strategi ini dikoordinasikan dengan Menteri Luar Negeri dan Kepolisian. Angkatan Laut, ujar dia, siap melibatkan prajurit terbaiknya untuk mendukung misi tersebut.