Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan rintisan (startup) makin meramaikan pasar industri teknologi di Indonesia, termasuk industri gim yang menjadi salah satu industri yang saat ini berkembang pesat.
Berawal dari sebuah startup di tahun 2012 beranggotakan 4 orang, Artoncode berkembang menjadi salah satu startup gim sukses di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Artoncode mengawali kiprah di industri gim dengan Faunia Rencher, Faunia Paw!, dan Melody Anak Indonesia yang dirilis ulang dengan nama Harmony," ungkap Project Manager Artoncode Henry Darmawan dan Game Designer Artoncode Buntono Sidik dalam kunjungannya ke kantor Liputan.com mewakili tim Artoncode.
Selain berbincang-bincang santai, tim Artoncode juga berbagi informasi terbaru tentang proyek-proyek yang sedang mereka kerjakan. "Kita baru merilis tiga gim baru yaitu Jump Paca, ChemCapers, dan JKT48 Puzzle Stage," tutur Henry.
Jump Paca merupakan gim unik yang pernah dibuat tim Artoncode. Ini merupakan salah satu dari enam gim yang dibuat hanya dalam waktu dua pekan.
"Untuk mengusir jenuh, tim Artoncode bikin kompetisi kecil-kecilan untuk membuat gim mereka masing-masing. Dari ketujuh tim, hanya enam tim yang menyelesaikan dalam target waktu," kata Henry menambahkan.
Melanjutkan pembahasan lineup gim yang sudah dibuat, Buntono mengatakan Artoncode telah digandeng banyak publisher gim asing. Sebelumnya, Artoncode sempat bekerja sama dengan Bandai Namco untuk menghidupkan kembali gim arcade yang berjudul Point Blank X dan bekerja sama dengan D3 untuk pembuatan JKT48 Puzzle Stage.
Puas bertanya tentang gim yang saat ini sudah dirilis, tim Tekno Liputan6.com pun langsung "menembak" keduanya mengenai gim fenomenal mereka yang berjudul Vandaria. "Vandaria akan dirilis Oktober tahun ini untuk bagian pertama dari tiga bagian," tutur Henry memberi sedikit bocoran.
"Vandaria cukup di luar ekspektasi dan memiliki scope yang lebih besar dari dugaan awal kita sebagai startup. Karena itu kita butuh tambahan orang lagi untuk pengerjaannya, dalam hal ini para publisher," jelas Henry.
(Ysl/Why)