Liputan6.com, Cogli - Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kegemaran atau kebiasaan warga suatu negara dapat berdampak baik maupun buruk kepada negara tetangga. Bahkan berkait dengan kegemaran makan buah.
Baca Juga
Advertisement
Warga Italia mengkhawatirkan kekurangan produksi wine mereka karena kegemaran warga Jerman menyantap buah anggur yang biasanya menjadi bahan dasar pembuatan wine Italia.
Masalah ini paling terasa di kebun-kebun anggur di bagian utara Italia yang berbatasan dengan Swiss dan Austria. Banyak wisatawan Jerman melintasi perbatasan dan berwisata makan anggur di kawasan perbukitan Piedmonte yang terkenal dengan hasil minuman wine.
Dikutip dari The Local, Jumat (1/4/2016), kawasan ini menjadi semakin terkenal setelah dicantumkan dalam daftar Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 2014.
Setelah pencantuman itu, semakin banyak wisatawan datang kesana, bahkan pernah ada pasangan pensiunan Trubenfressers dari Hamburg , Jerman, yang dipergoki menyantap anggur ketika sedang tanpa busana melekat di tubuh mereka.
Kata Tomasso Vite, seorang jurubicara dewan pariwisata Lange kepada The Local, “Tahun lalu ada rekor jumlah kunjungan wisatawan Jerman ke daerah ini untuk menikmati perdagangan wisata kebun anggur kami.”
“Seperti kita semua paham, orang-orang Jerman juga senang piknik dan tentu nikmat sekali menggelar kain piknik di kebun anggur yang indah.”
Kawasan tersebut mengharapkan pertambahan wisatawan wine dari Jerman tahun ini, tapi para pembuat wine sudah angkat tangan dan menyalahkan para wisatawan Jerman untuk panen yang buruk.
Bukan hanya Italia kemudian menghadapi risiko kekurangan wine, tapi nafkah para pembuat wine juga terancam. Kata Valentina Sughero, dari koperasi pembuat wine Cogli, “Di seluruh kawasan, hasil 2015 turun 10% dari tahun sebelumnya.”
Lanjutnya, “Kami tidak bisa memastikan apa yang berada di belakang wisata wine ini, tapi kami telah menerima banyak pengaduan dari para pengelola kebun anggur yang memergoki wisatawan-wisatawan Jerman di ladang mereka dan asyik menikmati buah-buah anggur.”
Michele Rosso, yang keluarganya dikenal sebagai penghasil wine merah Barolo yang terkenal sejak abad ke-18, mengatakan kepada The Local tentang keyakinannya bahwa penambahan wisatawan wine menjadi biang keladi panenan yang buruk.
“Orang dengan cepat menyalahkan perubahan iklim, tapi tahun lalu saya telah mengusir 12 kelompok wisatawan Jerman dari tanah saya karena sibuk makan buah-buah anggur.”
“Beberapa di antar mereka bahkan tidak bersama-sama dengan tur resmi dan membobol pagar. Sepengertian saya, itu adalah pencurian.”
Keluhan Rosso senada dengan Marta Bianchi. Anggur hijau Areneis di kebunnya yang seluas 10 hektar menjadi bahan pembuatan wine putih DOCG yang terkenal.
Nah, Bianchi itulah yang memergoki pasangan Trubenfressers sedang berpiknik di antara 2 baris rerimbunan pohon anggur ketika sedang tanpa mengenakan busana.
Kata wanita itu, “Mereka tidak mengenakan busana kecuali sandal dan kaos kaki dan sudah menghabisi buah di sepanjang 4 meter rerimbunan pohonnya.”
“Kami sekarang sedang ancang-ancang memasuki serbuan musim panas yang tidak terhindarkan. Saya sudah menghadiri sejumlah musyawarah di Cogli dan kami mencoba menerapkan strategi untuk menghadapi bertambahnya para pemakan buah anggur.”
The Local berhasil menemui pasangan Trubenfressers di kediaman mereka di Hamburg. Pasangan pencinta wine ini mengatakan bahwa mereka akan kembali ke Italia tahun ini dan bersikeras menikmati sebisa-bisanya liburan mereka. Tidak peduli dengan keluhan para pembuat wine.
Kata Ara (64), sang istri, “Kami tidak sabar mengendarai VW kombi ke sana dan mencicipi buah-buah anggur yang sudah kami sering baca mengenainya.
Horst, sang suami, menimpali, “Sepengertian saya, kalau kami sudah membayar untuk suatu wisata wine, kami seharusnya boleh menikmati sebanyak mungkin, baik sedang berpakaian ataupun tidak.”